Susi pun menambahkan bahwa usulannya ini layak untuk dipertimbangkan oleh pengatur kebijakan sebab saat ini kondisi bisnisnya dan bisnis orang lain yang terdampak langsung oleh pandemi sangat memprihatinkan.
Susi Air saat ini adalah salah satu perusahaan yang mengalami kondisi "zero incom" atau tidak miliki pendapatan.
Saat ini Susi Air hanya terbang kurang dari 2 persen dari kapasitas maksimal saat normal.
Salah satunya terbang menuju Jakarta untuk keperluan pengiriman logistik.
Susi memperkirakan penerbangan bisa naik 50 persen baru bisa terjadi pada 2021.
"Saya belum mau bilang menyedihkan tapi kondisi ini menakutkan. Tidak bisa terbang kan ini bukan intensi kami, kalau tidak ada penerbangan di saat normal kan biasanya didenda, tapi kalau sekarang kami tidak bisa apa-apa," ujar Susi.
Susi juga menyampaikan usulan terakhirnya mengenai syarat terbang di kondisi new normal yang berupa tes polymerase chain reaction (PCR) sebelum penumpang boleh naik pesawatnya.
Menurut Susi kebijakan itu mustahil diterapkan dan malah akan membuat sama sekali tidak ada orang yang terbang.
"Bagaimana saya kemarin dengan PCR. kalau masyarakat mau terbang saya lihat itu tidak mungkin di daerah (tes) PCR. Impossible," ucap Susi.