"Gue bikin twitt ini awalnya cuman buat bentuk singgungan kepada brand-brand besar di luar sana yang masih minim banget kesadarannya tentang pentingnya visual dan HAK para pegiat dan pekerja di industri kreatif," ungkap Niel di awal postingannya.
Pria yang bekerja sebagai Graphic Designer ini mempertanyakan sejumlah hal terkait pemakaian logo ayam.
"1. Yes freepick merupakan website penyedia asset grafis secara gratis (walau beberapa ada yang harus bayar) tapi freepick sendiri punya kebijakan atas asset yang ada di websitenya, yaitu ga boleh ngejadiin asset yang ada di freepick sebagai logo untuk brand profit."
2. KALAUPUN, ternyata si pelopor brand geprek" itu udah ngebeli karya si illustrator/designer tersebut, masa iya ga ada kesepakatan bahwa karya orisinil nya sudah di beli dan hak pakainya cuman untuk 1 pihak? karena nyatanya illustrasi ayam tersebut di pakai di 2 brand berbeda."
"3. Gue udah download files di freepick dan logo-logo di atas dan gue coba trace ulang, dan gue berani bilang bahwa illustrasi yang ada di dua logo di atas adalah hasil tracing ulang, karena kalau di perhatiin lagi dari struktur illustrasi dan komposisinya sudah di revisi," ujarnya lagi.
Tak hanya itu, pria berkulit sawo matang juga melampirkan screen shot menyebut kebijakan penggunaan logo dari web Freepik.
Tercantum di situ kalau logo tersebut memang bisa diunduh gratis, namun penggunaannya tidak boleh untuk merek dagang (tradermark), bisnis sungguhan, dan logo organisasi.
Tak hanya bercuap-cuap di Tiwtter, Niel bahkan sempat menghubungi langsung desainer atau ilustrator logo ayam di web itu.
Namun sang pemilik logo seperti lebih memilih tidak membesarkan masalah ini.
Netizen bahkan ada yang berkomentar, "Tp ga salah kok make gambar ayam itu.. lha.. yg bikin juga ga komplen. Soalnya emang digratisin."