Data yang sudah beredar ini bisa digunakan untuk tindak kejahatan.
“Misalnya telemarketing palsu. Lalu yang paling berbahaya mengaku dari Tokopedia menelepon calon korban. Karena nama, email dan nomor seluler jelas valid. Memudahkan para penipu meminta sejumlah uang mengaku dari pihak manapun termasuk tokopedia,” terang Pratama.
Bila para pelaku jago melakukan cracking hash, maka password memungkinkan diketahui dan selanjutnya bisa terjadi pengambilalihan akun.
CEO Tokopedia, William Tanuwijaya pada saat kebocoran Mei 2020 lalu mengajak pengguna Tokopedia mengikuti anjuran langkah pengamanan, seperti mengganti password akun Tokopedia secara berkala.
Juga tidak menggunakan kata sandi yang sama di berbagai platform digital, dan tidak memberikan one time passrword (OTP) ke pihak lain
Artikel ini telah tayang di Kontan dengan judul Gawat, 91 juta data pengguna Tokopedia yang diduga bocor bisa diunduh gratis.
(*)