Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Sudah Mulai Waspadai China, Australia Rela Bongkar Tabungan Rp 2700 Triliun untuk Borong Senjata Mematikan Ini Demi Lenyapkan Tiongkok, Negara Tetangga Indonesia Sadar Tak Bisa Terus-terusan Andalkan Amerika

None - Selasa, 07 Juli 2020 | 18:42
Gambar Ilustrasi: Pasukan Australia yang berjaga di Laut China Selatan
Dok. Angkatan Militer AUSTRALIA

Gambar Ilustrasi: Pasukan Australia yang berjaga di Laut China Selatan

Kedua adalah LRASM-B, yaitu rudal supersonik yang terbang di ketinggian medium, kompetitorrudal anti kapal Brahmos yang dikembangjan India-Rusia.

AS hanya mengekspor jenis persenjataan mutakhirnya kepada negara-negara tertentu. Dengan disetujuinya pembelian LRASM oleh Australia, menunjukkan eratnya kedekatan antara Canberra dengan Washington.

Bagi AS, Australia merupakan wilayah yang sangat penting guna menghadapi kekuatan China di Lautan Pasifik. Terutama, karena Australia juga merupakan anggota persekutuan pertukanan informasi intelijen “Five Eyes” dengan Kanada, Selandia Baru, Inggris, dan AS.

Selain itu, anggaran sebesar $9,3 miliar juga akan dialokasikan untuk penelitian dan pengembangan menjadi senjata jarak jauh berkecepatan tinggi, termasuk senjata hipersonik.

"ADF sekarang membutuhkan kemampuan pencegahan yang lebih kuat," kata PM Morrison.

Baca Juga: Sesenggukan Habis Kecelakaan, Sopir Ini Nangis Ketakutan Lihat Truk yang Dikemudikan Tumpahkan Muatan, Tak Disangka Justru Begini Respon Juragannya

"Kemampuan yang dapat menahan kekuatan dan infrastruktur musuh dari jarak jauh sehingga menghalangi serangan terhadap Australia dan membantu mencegah perang," jelasnya.

Sistem pengawasan bawah air dengan menggunakan sensor teknologi tinggi yang menelas biaya antara $5 miliar dan $7 miliar adalah salah satu belanja terbesar yang mencakup kapal selam tak berawak.

PM Morrison juga berjanji meningkatkan kemampuan ADF untuk berurusan dengan apa yang ia sebut sebagai "zona abu-abu" - aktivitas melawan kepentingan Australia yang berada di bawah ambang konflik bersenjata tradisional.

Peter Jennings dari Lembaga Kebijakan Strategis Australia (ASPI) mengatakan dunia telah berubah secara dramatis sejak Panduan Pertahanan dirilis, khususnya di era COVID-19 saat ini.

Menurut Jennings, saat ini hanya ada satu negara yang memiliki kapasitas dan keinginan untuk mendominasi Indo-Pasifik yang bertentangan dengan kepentingan Australia.

Baca Juga: Mulai Buka Hati dengan Harapan Dipinang Tahun 2020, Wika Salim Buat Pengakuan Soal Hubungannya dengan Ariel Noah: Oke Lah

Source :Serambi News

Editor : Grid Hot

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Tag Popular

x