"China memiliki berbagai pilihan senjata pembawa anti-pesawat terbang seperti misil DF-21D dan 'pembunuh kapal induk' DF-26," kata surat kabar itu, mengutip analis. “Laut China Selatan sepenuhnya berada dalam jangkauan PLA; setiap pergerakan kapal induk AS di kawasan itu adalah kesenangan PLA."
Wang mengatakan China telah melakukan latihan dengan rudal balistik, rudal udara-ke-kapal dan rudal anti-kapal selama setahun terakhir di wilayah tengah Laut China Selatan untuk mempersiapkan serangan terhadap kapal induk dari negara-negara asing.
Wang menambahkan, latihan militer AS terbaru di daerah itu akan memberikan target kehidupan nyata bagi angkatan laut PLA dalam menguji kemampuannya. Dia menambahkan bahwa China dapat melakukan putaran latihan lagi di laut pada Agustus.
Masih melansir South China Morning Post, AS telah mengirim dua kapal induk, USS Ronald Reagan dan USS Nimitz, ke perairan yang disengketakan untuk latihan militer mulai hari Sabtu. Hal itu bersamaan dengan latihan serupa yang diadakan China di wilayah tersebut.
Latihan ini merupakan salah satu latihan terbesar Angkatan Laut AS dalam beberapa tahun terakhir. Di sisi lain, sangat jarang terjadi bahwa latihan militer utama AS dan China dilakukan pada waktu yang bersamaan.
"Mereka (China) telah melihat kami (AS) dan kami telah melihat mereka," kata Laksamana Muda James Kirk dari Nimitz seperti yang dilansir South China Morning Post.
Menurut Kirk, kontak dengan kapal-kapal China tanpa insiden.
"Kami memiliki harapan bahwa kami akan selalu memiliki interaksi yang profesional dan aman. Kami beroperasi di perairan yang sangat padat, banyak lalu lintas laut dari segala jenis,” tambahnya.
Juru bicara kementerian luar negeri China Zhao Lijian pada hari Senin mengatakan situasi di Laut China Selatan stabil. Namun ia mengklaim bahwa AS bertujuan untuk menimbulkan masalah antara Beijing dan negara-negara Asia Tenggara.
"AS sengaja mengirim pengerahan militer untuk latihan skala besar di Laut China Selatan, dan untuk memamerkan ototnya," kata Zhao. “Mereka memiliki motif tersembunyi. Amerika Serikat menciptakan perpecahan di antara negara-negara di kawasan ini dan membuat militerisasi Laut China Selatan."
Source | : | Sosok.id |
Penulis | : | None |
Editor | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Komentar