Lebih detail lagi, Kasim menghitung laju kerusakan hutan per detik, yang menunjukkan angka 965 meter persegi.
Sementara pertambahan penduduk yang rata-rata tiga juta jiwa per tahun pada kenyataannya justru mempercepat laju kerusakan hutan, bukan memperbesar rehabilitasi hutan.
Kasim pun akhirnya mengajar menjadi dosen di Unsyiah, Aceh, dan 'terlambat menikah' serta dikaruniai 3 orang anak.
Dia juga menerima penghargaan kalpataru.
Pahlawan pertanian ini telah lama meninggal, namun banyak kisah dari hidupnya yang dapat dipjadikan pelajaran bagi generasi sekarang.(*)
Artikel ini telah tayang di Intisari-Online.com dengan judul "Mengharukan, Betapa Mahasiswa IPB yang 'Hilang' Selama 15 Tahun Ini Memilih Mengakrabi Para Petani dan 'Tinggalkan' Bangku Kuliah, Lebih Nyaman Pakai Sandal Jepit dan Kaos Lusuh"