Kemudian pemerintah Howard, Australia, mempertimbangkan kemungkinan Timor-Leste memperoleh kedaulatan atas garis tengah di Laut Timor.
Perundingan batas maritim berlangsung.
Tujuan Australia dalam negosiasi tak lain tak bukan adalah untuk mempertahankan hak atas area yang kaya hidrokarbon di Laut Timor lebih dekat ke Timor daripada ke Australia.
Perjanjian tentang Pengaturan Maritim Tertentu di Laut Timor (CMATS) pun akhirnya ditandatangani pada Januari 2006 oleh menteri luar negeri Alexander Downer dan Jose Ramos-Horta.
CMATS disambut secara terbuka sebagai kemenangan oleh kedua negara, namun diyakini bahwa sebenarnya merupakan kemenangan besar bagi Australia, mengingat hukum internasional.
Operasi penyadapan Dili dilaporkan dimulai pada Oktober 2004, putaran kedua negosiasi batas antara Australia dan Timor-Leste.
Namun baru kemudian pada 2012, Perdana Menteri Timor Leste, Xanana Gusmao menyadari penyadapan dan memulai proses rahasia di Pengadilan Arbitrase Permanen di Den Haag.
Dengan itu, Timor Leste berusaha agar CMATS dinyatakan batal karena Australia telah bertindak dengan itikad buruk dengan memata-matai selama negosiasi. Saksi K menjadi saksi utama Timor-Leste.
Sementara Australia menampik tuduhan tersebut.
Pada tanggal 3 Mei 2013, menteri luar negeri Australia, Bob Carr, dan jaksa agung Mark Dreyfus mengeluarkan pernyataan yang menasihati bahwa Timor-Leste telah memulai arbitrasi.