Meskipun pemboman diklaim oleh organisasi teroris, Front Pembebasan Lebanon dari Orang Asing, banyak yang percaya bahwa bom tersebut diledakkan oleh Israel agar terjadi perbedaan pendapat di seluruh wilayah dan membenarkan invasi Israel ke Lebanon.
Meskipun seorang jenderal Israel telah mengakui serangan itu dilakukan oleh negaranya, secara resmi mengatakan bahwa Israel tidak terlibat.
Terkait dengan Lebanon, pada 1982 saat invasi I Israel ke Lebanon, mungkin orang tak akan pernah lupa ketika sebuah truk sarat bahan peledak menabrakan diri ke barak marinir AS di Bandara Internasional Beirut yang menewaskan 241 marinir.
Peristiwa ini berhasil menarik Amerika untuk ikut berperang di pihak Israel.
Hanya dalam hitungan beberapa hari kemudian, Israel telah berhasil mengidentifikasi pelaku ledakan sebagai intelijen Suriah dan pejuang Syiah Lebanon.
Keterlibatan Mossad dalam peristiwa ini pun kemudian diungkap mantan agennya sendiri, Victor Ostrovsky, dalam bukunya By Way of Deception (1991).
Selain itu, ledakan bom di Hotel King David, Palestina, pada 22 Juli 1946, yang menyebabkan tewasnya 91 tentara Inggris. Israel menuding kaum militan Palestina ada di balik ledakan tersebut.
Namun kemudian, terungkap bahwa aksi terorisme tersebut dilakukan kelompok teroris Israel, Irgun, yang berpakaian Arab.
Tujuannya jelas, Israel bukan sekadar menginginkan Inggris keluar dari Palestina tetapi juga hendak mengubah opini dunia tentang para pejuang kemerdekaan Palestina.
Artikel ini telah tayang di Intisari online dengan judul Operasi Bendera Palsu, Cara Licik dan Kejam yang Digunakan AS hingga Israel untuk Hancurkan Musuh, Tak Terhitung Banyak Korban yang Berjatuhan.
(*)