Selama 10 tahun terakhir, China membangun instalasi militer di beberapa wilayah Laut China Selatan yang penuh sengketa, untuk menegaskan kedaulatannya di sana.
Sebagian area perairan itu juga diklaim oleh Vietnam, Filipina, Malaysia, Taiwan, dan Indonesia.
Pentagon mengatakan, latihan militer China pada 23-29 Agustus di dekat Paracel - yang China sebut Xisha - adalah "yang terbaru dari serangkaian tindakan RRC untuk menegaskan klaim maritim yang melanggar hukum dan merugikan tetangganya di Asia Tenggara."
Dikatakan pula, AS telah mendesak China pada Juli untuk mengurangi "militerisasi dan pemaksaan" di wilayah tersebut.
Tapi sebaliknya, "RRC memilih untuk meningkatkan aktivitas latihannya dengan menembakkan rudal balistik."
Sebelumnya pada Kamis (27/8/2020) Beijing mengecam Washington atas blacklist 24 perusahaan China yang terlibat dalam pembangunan dan pasokan pangkalan Laut China Selatan di Chnina.
"Kata-kata AS sangat mengganggu urusan dalam negeri China... itu sepenuhnya logika tirani dan politik kekuasaan," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Zhao Lijian.
"China akan mengambil langkah tegas untuk menegakkan hak dan kepentingan sah perusahaan serta individu China," katanya dikutip dari AFP.
Artikel ini telah tayang di Intisari dengan judul Abaikan Perjanjian 2002, China Terus Provokasi Laut China Selatan dengan Luncurkan 4 Rudal Balistik.
(*)