Laporan ini juga diterbitkan menjelang pemilu 2020 ketika Presiden Donald Trump ingin menjadikan sikapnya yang semakin agresif terhadap Beijing sebagai isu kampanye utama.
"Selama dekade berikutnya, persediaan hulu ledak nuklir China — yang saat ini diperkirakan berada di bawah 200-an — diproyeksikan setidaknya naik dua kali lipat karena China memperluas dan memodernisasi kekuatan nuklirnya," tulis laporan tersebut.
Pentagon menambahkan bahwa jumlah hulu ledak di Rudal Balistik Antarbenua berbasis darat yang dimiliki China, diperkirakan akan tumbuh menjadi sekitar 200 unit dalam lima tahun ke depan.
"Pasukan nuklir China akan berevolusi secara signifikan selama dekade berikutnya karena memodernisasi, mendiversifikasi, dan meningkatkan jumlah platform pengiriman nuklir berbasis darat, laut, dan udara," kata laporan itu.
Pentagon juga mencatat bahwa China memiliki angkatan laut terbesar di dunia, dengan sekitar 350 kapal dan kapal selam.
"Termasuk lebih dari 130 kombatan permukaan utama."
"Sebagai perbandingan, kekuatan tempur Angkatan Laut AS adalah sekitar 293 kapal pada awal 2020," tulisnya.
Pemerintahan Trump telah lama berusaha untuk memasukkan China dalam pembicaraan kontrol senjata nuklirnya dengan Rusia.
Meski jumlah hulu ledak nuklir China berkembang pesat, namun masih jauh dari yang dimiliki Rusia serta AS.
Perjanjian baru membatasi memang Rusia dan AS untuk hanya memiliki sekitar 1.550 hulu ledak nuklir pada Rudal Balistik Antarbenua, meluncurkan rudal balistik yang diluncurkan oleh kapal selam, dan mengerahkan pembom berat yang dilengkapi untuk persenjataan nuklir.