Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Awalnya Hanya Buruh Kontrak di Kebun Tebu, Orang Jawa yang Tinggal di Suriname Kini Berganti Berprofesi Jadi Politisi hingga Menteri, Begini Sejarahnya

None - Jumat, 18 September 2020 | 07:42
Imigrasi orang Jawa ke Suriname di abad ke-18
Wikimedia Commons

Imigrasi orang Jawa ke Suriname di abad ke-18

Kebanyakan dari Jawa Tengah, karena saat itu sebagai wilayah yang padat penduduknya dan tingkat perekonomiannya rendah.Kelompok imigran Indonesia pertama berjumlah 94 orang tiba di Suriname pada tanggal 9 Agustus 1890.

Kelompok ini direkrut oleh De Nederlandsche Handel Maatschappij, untuk dipekerjakan di perkebunan tebu dan perusahaan gula Marienburg. Empat tahun kemudian, tepatnya 1894 perusahaan yang sama mendatangkan lagi imigran gelombang kedua berjumlah 582 orang Jawa.

Baca Juga: Susah Paham saat Diajari Matematika, Seorang Anak Dicambuk Ibu Kandung Pakai Selang, Videonya Langsung Viral, Begini Kata Polisi

Mulai tahun 1897 kedatangan para imigran dari Indonesia ini dikelola langsung oleh pemerintah Hindia Belanda. Dari tahun 1890 hingga 1939, jumlah imigran Indonesia asal Jawa tersebut mencapai 32.956 orang dengan menggunakan 34 kali pengangkutan.

Imigran keturunan Jawa ini bekerja sebagai buruh perkebunan Belanda berdasarkan sistem kontrak.Berdasarkan perjanjian yang ada, para buruh Jawa tersebut memiliki hak untuk kembali ke negara asalnya (repatriasi) bilamana telah habis masa kontraknya.

Dalam periode tahun 1890 – 1939, tercatat 8.120 orang yang telah kembali ke tanah air.

Baca Juga: Tergelincir Saat Kendalikan Pesawat Tempur T-50 Golden Eagle, Letkol Pnb Anumerta Luluk Meninggal Dunia, Ini kata Kadispen TNI AU

Pada tahun 1947, terjadi lagi gelombang repatriasi tercatat 1.700 orang.

Repatriasi massal terakhir pada 1954, ketika sekitar 1.000 orang Jawa meninggalkan Suriname untuk kembali ke Indonesia. Sebagian besar para imigran Jawa ternyata memilih tetap tinggal di Suriname walaupun hubungan kontrak mereka dengan pemilik perkebunan telah berakhir.

Mereka tetap tinggal dan bekerja di perkebunan itu sebagai pekerja bebas. Bagi mereka, bekerja di perkebunan bukanlah merupakan sesuatu yang baru.

Baca Juga: Janda Batal Dinikahi Suami Maia Estianty, Artis Senior Anggota DPR 2 Kali Ini Miliki Rumah Gedongan di Kampung Halaman, Lihat Garasinya Simpan Koleksi Mobil Super Mewah yang Bikin Terperangah

Mereka juga telah terbiasa berhubungan dengan para majikan Belanda yang bertahun-tahun menjajah Indonesia. Kondisi seperti itu merupakan faktor pendorong para keturunan Jawa untuk bertahan.

Source :Kontan.co.id

Editor : Grid Hot

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Tag Popular

x