Puspasari mengatakan jika perjanjian itu dapat meningkatkan kapasitas aset daur ulang, berdampak memberikan penilaian untuk keuangan yang sudah diberikan dan pengaturan kreditnya.
Sementara Departemen Keuangan AS menyatakan perjanjian tersebut mendukung Strategi Indo-Pasifik Pemerintah AS dengan melengkapi upaya di bawah Peningkatan Pertumbuhan dan Perkembangan dengan Energi (Asia EDGE) dan Transaksi Infrastruktur dan Jaringan Asisten (ITAN).
Apakah berarti Indonesia memihak AS? Tunggu sebentar.
Di saat yang bersamaan, Indonesia rupanya juga tawarkan proyek baru senilai 60 milyar Dolar AS kepada investor China.
Tawaran ini merupakan penguat inisiatif Belt and Road di Indonesia, disebutkan oleh pejabat senior yang tidak disebutkan namanya.
Indonesia tetap lakukan tawaran itu meski ada kekhawatiran tentang pinjaman yang menggurita dengan China.
China sebenarnya tidak terlalu ingin libatkan Indonesia dalam Belt and Road Initiative (BRI).
Hal ini dikarenakan Indonesia, meksipun strategis, tapi belum menjadi titik penting dalam program BRI China.
BRI bertujuan untuk membangun jalur sutra baru, melewati Timur Tengah, Afrika hingga Eropa, Indonesia tidak termasuk, tapi rupanya pemerintah berpikir tidak apa jika sedikit meminta 'cipratan'.
Saat ini investasi China yang sudah dikenal banyak orang adalah jalur kereta api cepat Jakarta-Bandung, yang sedang alami masalah sengketa lahan.