Laporan Wartawan GridHot, Desy Kurniasari
GridHot.ID - Wabah virus corona hingga kini masih menjadi momok menakutkan bagi masyarakat di seluruh dunia.
Terlebih, berbagai sektor bisa saja mengalami krisis.
Bahkan sejumlah negara pun telah melapor mengalami resesi akibat adanya pandemi global.
Namun, bagaimana dengan nasib negara-negara kecil seperti Timor Leste?
Melansir laman Worldometers, terdapat total 27 kasus positif virus corona di Timor Leste.
Meski demikian, tidak dilaporkan adanya korban meninggal akibat virus ini.
Bahkan, ke 27 orang yang sempat dinyatakan positif virus corona kini disebut telah pulih.
Sementara itu, menilik berbagai sektor yang terdampak pandemi global ini, Timor Leste nampaknya menaruh perhatian pada sektor ketahanan pangan rakyatnya.
Untuk itu, Timor Leste lebih memilih untuk mengimpor beras dari Vietnam.
Tindakan itu diambil sebagai upaya meningkatkan ketahanan pangan negaranya di tengah ancaman pandemi covid-19.
Dilansir GridHot dari The Oekusi Post, salah satu program pemerintah Timor Leste yang saat ini dipimpin oleh Perdana Menteri Taur Matan Ruak adalah mengelabui petani.
Tindakan mengelabui tersebut dilakukan dengan mengatakan pada petani bahwa pemerintah akan mempromosikan hasil pertaniannya.
Padahal, pada nyatanya anggota pemerintahannya lebih memilih menerima beras impor dari luar negeri yang sudah tidak bergizi lagi.
Mereka sangat berani dan senang sekali memamerkan beras impor yang akan dijadikan ketahanan pangan nasional.
Mereka tak malu mengimpor beras yang bahkan sudah berkurang kadar gizinya.
Kendati demikian, mereka tetap rela mengeluarkan uang ribuan dollar AS untuk membeliberas rusak tersebut.
Indeks Kelaparan Global pada tahun 2017 mengkategorikan Timor Leste sebagai negara dengan tingkat kelaparan yang “serius”.
Situasi ini merupakan akibat langsung dari sejumlah hal yang terjadi di negara tersebut.
Sebut saja produktivitas pertanian yang buruk, pendapatan yang rendah, infrastruktur yang belum berkembang dan kerentanan pasokan pangan Timor-Leste terhadap dampak harga pangan global dan variasi iklim.
Merespon situasi di atas, seorang komentator menilai bahwa hal tersebut tidak berarti pemerintah harus mengimpor beras yang tak layak.
Padahal, disebutkan bahwa beras yang dihasilkan oleh petani lokal di dalam negeri penuh dengan gizi yang baik.
“Namun, situasi ini tidak berarti pemerintah harus mengimpor beras dari luar negeri. Beras lokal yang diproduksi oleh petani lokal di dalam negeri penuh dengan gizi yang baik tapi sayangnya pemerintah tidak mau membelinya," kata seorang komentator. (*)