Meski sudah bersuami, Soekarno nekat tetap minta izin kepada suami Inggit Garnasih, H Sanusi untuk menikahi Inggit Ganarsih.
Akhirnya setelah mendapatkan izin, Soekarno menikahi wanita yang lebih dikenal dengan nama Ibu Inggit ini pada tahun 1923.
Setelah menikah, Ibu Inggit dan Soekarno membeli sebuah rumah di Jalan Ciateul Bandung yang kini dikenal dengan nama Jalan Inggit Garnasih.
Pernikahan Soekarno dan Inggit tidak dikaruniai anak.
Tahun 1943, Soekarno menceraikan Inggit karena sang istri tak sudi dimadu.
Inggit Garnasih lahir di Desa Kamasan, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung, pada 17 Februari 1888. Saat masih remaja, Inggit adalah kembang desa di kampungnya.
Banyak lelaki yang berupaya mendekat untuk sekadar bisa mencuri perhatiannya.
Si bunga desa itu akhirnya dipersunting oleh Nata Atmaja, seorang patih di Kantor Residen Priangan. Namun, pernikahan ini tidak bertahan lama dan berakhir dengan perceraian.
Kemudian, Inggit menikah lagi. Seorang pengusaha yang juga aktif di organisasi Sarekat Islam bernama Haji Sanusi menyuntingnya.
Pernikahan mereka baik-baik saja meskipun tidak bisa juga dibilang bahagia karena ia sering ditinggal suaminya yang terlalu sibuk. Hingga datanglah Sukarno.
Sukarno masih berumur 21 tahun saat tiba di Bandung. Ia melanjutkan kuliah ke kota kembang setelah lulus dari Hogere Burger School (HBS) di Surabaya.