Setelah tiga tahun absen, ia kembali sebagai gubernur dan mengawasi transformasi Riyadh dari kota gurun kecil menjadi kota pencakar langit, memiliki universitas, dan jaringan makanan cepat saji yang berasal dari Barat. Total, Salman menjadi gubernur provinsi Riyadh selama 48 tahun.
Lalu menjadi menteri pertahanan pada 2011 dan putra mahkota setahun kemudian. Ketika menjadi menteri pertahanan pada 2015, dia meluncurkan perang ke negara tetangga Yaman yang menyebabkan bencana kemanusiaan.
Saat menjadi Raja, sejumlah keputusannya telah membawa perubahan besar di Kerajaan Arab Saudi, dan yang paling penting adalah menetapkan putranya, Mohammed bin Salman sebagai Putra Mahkota atau penerusnya.
Suksesi Mohammed bin Salman sebagai penerus Raja Salman
Saat awal menjabat, Raja Salman menunjuk Pangeran Muqrin Bin Abdul Aziz sebagai Putra Mahkota. Pada 29 April 2015, Salman mencopot Muqrin bin Abdul Aziz sebagai Putra Mahkota dan menunjuk keponakannya Muhammad bin Nayef sebagai Putra Mahkota.
Namun, pada 2017 Raja Salman menggantikan Mohammed bin Nayef sebagai putra mahkota demi putranya, Mohammed bin Salman.
Mohammed bin Nayef juga dicopot sebagai kepala kementerian dalam negeri dan dilaporkan ditempatkan di bawah tahanan rumah.
Sementara, Mohammed bin Salman adalah putra tertua Raja Salman dari istri ketiganya, Putri Fahda binti Falah Al Hathleen.
Setelah diangkat sebagai putra mahkota, Mohammed bin Salman pun mulai mengkonsolidasikan kekuasaannya, menahan pangeran saingannya dan pengusaha miliarder atas tuduhan korupsi dan menindak para intelektual kritis, ulama, dan aktivis.
Pada Maret 2020 juga dilaporkan penangkapan tiga pangeran yang dilaporkan atas tuduhan pengkhianatan pada Maret 2020 termasuk Mohammed bin Nayef dan satu-satunya saudara laki-laki Salman yang masih hidup, Ahmed.