Hassanudin tak sanggup menahan haru saat melihat teman-teman yang lain didatangi orang tuanya, dipeluk bangga dengan berbagai ucapan selamat dari sanak famili.
“Tiba-tiba dari kejauhan saya lihat seorang ibu-ibu, mirip mak saya. Dia mencari anaknya, tapi dalam hati tidak mungkin mak saya ke sini, tidak ada uang. Dia semakin mendekat dan ternyata benar beliau emak saya yang datang bersama wak saya,” kata Hassanudin dalam cerita singkatnya.
Menjadi sebagai prajurti TNI tentu membuat dirinya bangga, bahkan tak terkecuali orang sekampungnya yang menaruh bangga pada Hassanudin.
Ia menjadi prajurit yang terus berlajar dan berusaha hingga saat ini menjadi perwira tinggi TNI-AD dengan gambar bintang dua di kerah seragamnya.
Hassanudin juga tercatat sebagai lulusan terbaik Susreg XLI 2003 Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat.
Dalam biografi kariernya di TNI, Mayjen Hassanudin pernah mengemban sejumlah jabatan strategis, seperti Komandan Resimen Arhanud 1/Falatehan Kodam jaya (2011), Asrendam 1/ BB, dan Komandan Pusdik Arhanud di Malang Jatim, Paban I/Jakrenstra Srenad.
Lalu, Komandan Korem 045/Garuda Jaya (2014), Irdam IX/ Udy (2016), Irut Renproggar Itjenad (2017), Waasrena Kasad (2017), Kasdam I/Bukit Barisan (2018), Asrena Kasad (2019), dan kini menjabat sebagai Pangdam Iskandar Muda.
“Alhamdulillah, saya juga lulusan terbaik Lemhannas RI tahun 2015 dan mendapat Bintang Seroja Wibawa,” ungkap pria kelahiran 7 September 1965 itu.
Kisah Hassanudin meretas jalan menjadi seorang prajurit ini cukup sering dia ceritakan kepada bawahannya sebagai motivasi bagi generasi penerus di mana pun ia bertugas. Baginya, TNI tidak pernah menilai dari kelompok dan golongan mana pun.
“Selama kita berusaha dan yakin, insya Allah pasti ada jalan. Buktinya saya, alhamdulillah, saya hanya akan yatim dan pedagang asongan, tapi alhamdulillah saya lulus sebagai TNI dan menjabat panglima saat ini,” ujarnya.
Jenderal bintang dua ini memang dikenal cukup akrab dan sering sekali berbagai inspirasi kepada siapa pun.