Lalu penembakan ke arah Kodim Persiapan Kabupaten Intan Jaya pada Senin (5/10/2020) dan penembakan pos TNI di Pasar Baru Kenyam Kabupaten Nduga pada Selasa (6/10/2020) yang menewaskan warga sipil bernama Yulius Wetipo.
Kemudian penyerangan terhadap rombongan TGPF di tanjakan Wabogopone Kampung Mamba Distrik Sugapa Kabupaten Intan Jaya pada Jumat (9/10/2020) yang mengakibatkan anggota Tim bernama Bambang Purwoko (Dosen UGM) dan tim pengamanan bernama Sertu Faisal Akbar menderita luka tembak.
Lalu pada Sabtu (10/10/2020) pagi KKSB kembali melakukan serangan ke Pos TNI di Kampung Koteka, Distrik Kenyam Kabupaten Nduga Papua.
Suriastawa menduga serangan-serangan KKSB tersebut untuk memprovokasi TNI agar membalas tembakan seperti serangan-serangan sebelumnya.
Namun, kata Suriastawa, ternyata TNI bertindak profesional dengan tetap siaga dalam kedudukan pertahanannya dan terus mengintai arah datangnya tembakan.
Ia menegaskan TNI akan membalas tembakan dengan terbidik bila anggota KKSB yang melakukan tembakan telah teridentifikasi dengan pasti untuk menghindari jatuhnya korban sipil di sekitar tempat kejadian.
Hal tersebut juga dilakukan personel TNI lainnya yang bertugas di setiap tempat di Papua.
Sangat besar kemungkinan karena TNI bersikap profesional, tetap tenang, tidak membalas tembakan dari serangan-serangan mereka, kata Suriastawa, maka KKSB sendirilah yang akan menembakan dan berusaha membunuh warga sipil sebagai bahan fitnah kepada TNI-Polri.
Tujuan mereka melakukan itu, kata Suriastawa, adalah agar masyarakat lokal tertekan dan terpaksa mendukung mereka serta mendapatkan perhatian dunia.
Suriastawa mengatakan berdasarkan catatannya tersebut rangkaian kekerasan yang dilakukan KKSB terlihat semakin brutal, gelap mata, dan tidak lagi memperhatikan siapa yang menjadi korban.
Ia sangat menyesalkan hal tersebut karena hal itu merupakan pelanggaran terhadap HAM dan nilai-nilai kemanusiaan.