Melansir laporan Reuters terdapat puluhan pria dan wanita di kamp tersebut, dibagi menjadi beberapa kelompok untuk mendapatkan pelajaran tentang cara menggunakan granat tangan dan menangkis serangan senjata.
Beberapa relawan sedang berlatih panjat tebing dengan menggunakan tali dan tembok beton tempat pembuangan sampah.
Sebelum pertempuran terakhir meletus pada 27 September, sekolah tersebut menarik 20 hingga 30 orang sekaligus untuk pelatihan dalam kesiapan perang baru.
Salah satu instruktur, Karapet Aghajanyan, mengatakan "ratusan" dari diaspora Armenia kini telah datang.
Kementerian pertahanan Armenia mengatakan pada Oktober, bahwa sekitar 10.000 orang secara sukarela mengangkat senjata pada hari pertama pertempuran.
Kementerian pertahanan Azerbaijan mengatakan 55.000 sukarelawan terdaftar antara 12 Juli dan 22 Juli setelah bertempur terjadi di wilayah lain.
Dikatakan bahwa informasi tentang relawan yang lebih baru dirahasiakan.
Knarik Karaminasyan, seorang guru bahasa Inggris berusia 21 tahun dari Yerevan, memutuskan untuk bergabung dengan relawan segera setelah dia mengetahui bahwa wanita diterima dan dapat dikirim ke garis depan sebagai pekerja medis atau juru masak.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | None |
Editor | : | Nicolaus |
Komentar