Taspell terlibat dalam Indonesia Project di ANU dan situs berita/analisis New Mandala.
Ia juga dewan redaktur jurnal Asiascape: Digital Asia.
Kicauan yang membanding-bandingkan pilpres AS dengan situasi pilpres di Indonesia juga datang dari Aaron Connelly, peneliti dari lembaga kajian International Institute for Strategic Studies (ISS).
Connelly juga pernah menjabat Direktur Proyek Asia Tenggara lembaga think tank asal Australia, Lowy Institute.
"Tapi Biden tidak akan menyentuh rekor suara terbanyak dalam pemilihan presiden sedunia, yang diraih oleh Presiden Jokowi di Indonesia tahun lalu: 85.607.362," kata Connelly dalam twitnya.
But Biden won’t touch the record for most votes in a presidential election worldwide, which was set by President Jokowi in Indonesia last year: 85,607,362. https://t.co/NVMJYAQoLw
— Aaron Connelly ???? (@ConnellyAL) November 4, 2020
Sementara, Kelli Swazey seorang antropolog budaya yang pernah melakukan penelitian tentang masyarakat dan budaya Indonesia mengatakan pidato Trump mirip Prabowo.
“Hal-hal yang tidak pernah terpikir akan saya katakan tentang #pemiluAS: petahana telah mengambil pidatonya dari #Prabowo pada Pemilu 2019 di #Indonesia #dejavu.”
Things I never thought I would say about a #USElection : the incumbent has lifted his speech from #Prabowo in the 2019 election in #Indonesia #dejavu
— Kelli Swazey (@KSwazey) November 4, 2020
Pengajar di Pusat Studi Keagamaan dan Lintas Budaya (CRCS) di Universitas Gajah Mada ini mengatakan, “Beruntung dalam kasus Indonesia, masyarakat & lembaga pemerintah mampu secara demokratis membantah tingkat akurasi klaim Prabowo (bocoran, dia tidak menang)."
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Desy Kurniasari |
Editor | : | Dewi Lusmawati |
Komentar