Kedua, ruas Senipah - Balikpapan yang digunakan untuk kebutuhan kilang Pertamina.
Ketiga, ruas Kalimantan Barat (Kalbar) - Kalimantan Tengah (Kalteng) dan Kalsel yang sampai sekarang belum dilelang.
Menurut Jugi, lelang dilakukan menunggu rampungnya harmonisasi, lantaran hal itu akan berpengaruh terhadap kelayakan proyek yang menarik minat investor.
Sayangnya, Jugi masih belum bisa memperkirakan kapan ruas tersebut akan dilelang dan proyek Trans Kalimantan bisa teralisasikan.
"Masih belum jelas. Intinya badan usaha akan bangun jika proyek layak. Proyek feasible jika return bisa menutupi capex, opex dan biaya lainnya," jelas Jugi.
Begitu pun saat disinggung terkait dengan ruas pipa Kaltim-Kalsel yang telah dimenangkan oleh Bakrie.
Jugi menyebut, besaran pasokan dan demand masih jadi kendala proyek pipa transmisi tersebut.
"Tidak ada kejelasan pasokan gas, sedangkan yang sudah jelas baru demand dengan jumlah terbatas," sebut Jugi.
Pada tahun lalu, BPH Migas pun telah menggelar Focus Group Discussion (FGD) untuk memetakan supply dan demand pipa Trans Kalimantan. FGD dilakukan di Kaltim, Kalsel, Kalteng dan Kalbar.
Menurut Jugi, untuk pasokan raw gas memang masih memerlukan kepastian. Saat ini, gas yang tersedia adalah cargo gas alam cair alias Liquefied Natural Gas (LNG) pasca ekspor ke Jepang yang mengalami penurunan.