Melansir country.eiu.com (27/2/2014), Dalam kunjungannya ke Indonesia, Perdana Menteri Timor Leste, Xanana Gusmão, membenarkan bahwa telah dicapai kesepakatan untuk meningkatkan hubungan pertahanan antara kedua negara, termasuk pembelian senjata.
Perjanjian baru saat itu, merupakan tindak lanjut dari nota kesepahaman yang ditandatangani antara Timor-Leste dan Indonesia.
Termasuk rencana pelatihan dan kerjasama militer, serta kesepakatan bagi pemerintah Timor untuk membeli senjata dari Pindad, sebuah perusahaan pertahanan yang dimiliki negara Indonesia.
Perjanjian tersebut bukan yang pertama antara pemerintah Timor Leste dengan Pindad.
Langkah-langkah untuk meningkatkan kemampuan pertahanan Timor-Leste berada di bawah pengawasan pada tahun 2012 ketika pemerintahnya mengumumkan rencana untuk membeli senjata, tank, dan kendaraan lapis baja dari perusahaan tersebut.
Kesepakatan itu dirusak oleh kualitas peralatan yang buruk dan kurangnya transparansi.
Selain jumlah penduduk yang kecil, Timor-Leste sendiri hanya memiliki satu perbatasan darat, sekitar 200 km dengan provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia.
Kekuatan angkatan bersenjata telah menjadi titik perdebatan selama beberapa tahun sejak negara setengah pulau itu mencapai kemerdekaan.
Apa yang harus dilakukan dengan mantan pejuang gerilya yang memperjuangkan kemerdekaan Timor-Leste selama pendudukan Indonesia telah mengganggu pemerintahan berturut-turut, yang cenderung mengizinkan anggaran militer membengkak.
Ironi bahwa Timor-Leste membeli senjata dari bekas penindasnya tidak menghalangi pemerintah Timor untuk terus bergerak, meskipun ada sejarah senjata yang jatuh ke tangan sipil.
Artikel ini telah tayang di Sosok.ID dengan judul Peras Keringat dan Darah Belasan Tahun Berjuang Merdeka Sampai Sebut NKRI Penjajah, Timor Leste Kini Malah Balik Minta Perlindungan Militer ke Indonesia.