GridHot.ID -Timor Leste dulunya merupakan bagian dari Indonesia dengan nama Timor Timur.
Timor Leste kemudian memutuskan untuk melakukan referendum pada 30 Agustus 1999.
Hasilnya, mayoritas suara rakyat mengatakan ingin keluar dari Indonesia.
Meskipun demikian, Timor Leste baru diakui sebagai negara merdeka d pada 20 Mei 2002.
Mengutip Sosok.id, integrasi Timor Leste dengan Indonesia berlangsung selama masa pemerintahan Presiden Soeharto.
Meski banyak penderitaan dirasakan, rakyat Timor Leste mengakui bahwa selama berada di bawah pimpinan Soeharto, pembangunan dilakukan di Bumi Lorosae.
Hal itu seperti yang diungkapkan peraih Nobel Perdamaian 1996 dan mantan Administrator Apostolik Dioses Dili, Uskup Carlos Filipe Ximenes Belo, SDB di Mogofores, Portugal, dikutip dariKompas.com.
Menurutnya, seluruh rakyat Timor Leste, kapan saja dan dimana pun berada tidak akan pernah melupakan jasa besar mantan Presiden Soeharto dalam membangun rakyat dan tanah Timor Lorosae selama masa integrasi Timor Timur dengan Indonesia.
"Orang Timor Lorosae tidak akan pernah melupakan jasa besar Pak Harto dalam membangun Timtim di segala bidang kehidupan."
"Kita berharap, walaupun Pak Harto telah meninggal dunia namun para pemimpin bangsa Indonesia yang menggantikannya memiliki semangat membangun seperti Pak Harto dan terus menjalin kerja sama Indonesia dengan Timor Leste demi tercapai perdamaian dan kesejahteraan bersama," kata Belo.
Salah satu peninggalan Presiden Soeharto di Timor Leste yaitu Patung Cristo Rei setinggi 89 kaki yang dibangun pada tahun 1996.
Melansiratlasobscura.com, patung tersebut dibangun sebagai hadiah dari Indonesia kepada Timor Leste.
Presiden Indonesia Soeharto ingin memperingati 20 tahun invasi dan aneksasi Indonesia atas Timor Timur dengan setengah meminta maaf kepada rakyat Timor Timur atas beberapa dekade pendudukan Indonesia.
Timor Leste sendiri diketahui merupakan satu negara mayoritas Kristen di dunia, dengan 99,1% penduduknya menganut agama tersebut.
Sementara Indonesia, merupakan salah satu negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia.
Pembangunan patung tersebut juga bertujuan untuk menyenangkan mayoritas Katolik di Timor Leste.
Disebut Soeharto, seorang Muslim, membangun patung Yesus raksasa berdiri di atas bola dunia, yang dapat diakses dengan tangga 590 langkah.
Patung itu dibangun di kota Bandung, Indonesia, di mana hampir semua pekerja yang mengukir wajah Yesus menjadi tembaga adalah Muslim.
Dengan tiga bulan pembangunan dan biaya 5 miliar rupiah ($ 559.000), pemerintah Indonesia gagal untuk menenangkan mayoritas rakyat Timor.
Disebut bahwa alasannya adalah karena Soeharto memiringkan patung itu menghadap ibu kota Indonesia, Jakarta, yang menimbulkan kontroversi diantara orang Timor.
Dikatakan bahwa tipuan tersebut tidak banyak berpengaruh dalam menghentikan gerakan kemerdekaan Timor Timur, yang sangat banyakdipilih orang pada tahun 1999 dan akhirnya dimenangkan pada tahun 2002.
Meski begitu, seperti mitranya di Rio De Janeiro, patung Kristus di Dili masih berdiri hingga saat ini dan menjadi salah satu daya tarik wisata Timor Leste. (Khaerunisa)
Artikel ini telah tayang di Intisari Online dengan judul: Jadi Simbol Fenomenal di Timor Leste, Patung Raksasa Ini Ternyata Tidak Sembarang Dibangun, Diberikan Indonesia oleh Presiden Soeharto untuk Hal Ini
(*)