Permintaan Trump untuk opsi penyerangan datang sehari setelah laporan pengawas PBB menunjukkan Iran telah selesai memindahkan aliran pertama sentrifugal canggih dari pabrik di atas tanah di situs pengayaan uranium utamanya ke pabrik bawah tanah, dalam pelanggaran baru kesepakatan nuklir 2015 dengan kekuatan utama.
Alireza Miryousefi, juru bicara misi Iran untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York, mengatakan program nuklir Iran murni untuk tujuan damai dan penggunaan sipil dan kebijakan Trump tidak mengubah itu.
"Namun, Iran telah terbukti mampu menggunakan kekuatan militernya yang sah untuk mencegah atau menanggapi setiap petualangan melankolis dari penyerang mana pun," tambahnya seperti yang dikutip Reuters.
Stok 2,4 ton uranium pengayaan rendah Iran sekarang jauh di atas batas kesepakatan 202,8 kg.
Dan kini Iran menghasilkan 337,5 kg uranium di kuartal ini, lebih sedikit dari produksi dua kuartal sebelumnya yang mencapai 500 kg lebih yang tercatat oleh Badan Energi Atom Internasional.
Pada Januari, Trump memerintahkan serangan drone AS yang menewaskan Jenderal Iran Qassem Soleimani di bandara Baghdad.
Namun dia telah menghindar dari konflik militer yang lebih luas dan berusaha menarik pasukan AS dari hotspot global untuk memenuhi janji untuk menghentikan apa yang dia sebut "perang tanpa akhir."
Serangan ke situs nuklir utama Iran di Natanz dapat memicu konflik regional dan menimbulkan tantangan kebijakan luar negeri yang serius bagi Biden.
Tim transisi Biden, yang tidak memiliki akses ke intelijen keamanan nasional karena penolakan pemerintahan Trump untuk memulai transisi, menolak berkomentar.(*)
Artikel ini telah tayang di Kontan.id dengan judul "Donald Trump berniat serang situs utama nuklir Iran, tapi batal"