Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Seakan Mau Habiskan Titik Terakhir Masa Jabatannya, Trump Nekat Berniat Jebol Situs Utama Nuklir Milik Iran, Akhirnya Ini yang Terjadi

None - Selasa, 17 November 2020 | 20:42
Donald Trump dan Qasem Soleimani.
kompas.com

Donald Trump dan Qasem Soleimani.

Gridhot.ID- Masa jabatan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) akan segera berakhir.

Meski hanya memiliki sisa masa jabatan dua bulan, Presiden AS Donald Trump pada pekan lalu meminta opsi untuk menyerang situs nuklir utama Iran.

Namun menurut seorang pejabat AS, Trump akhirnya memutuskan untuk tidak mengambil langkah dramatis tersebut.

Baca Juga: Suaminya Berstatus Putra Mahkota Keluarga Cendana dengan Kekayaan Rp 28 Triliun, Mayangsari Nyatanya Tak Gengsi Naik Mobil yang Lebih Murah dari Tas yang Ditentengnya, Kemewahan Seakan Tak Melulu Jadi yang Utama

Melansir Reuters, Trump mengajukan permintaan tersebut selama pertemuan Oval Office pada hari Kamis pekan lalu yang dihadiri pembantu keamanan nasional utamanya, termasuk Wakil Presiden Mike Pence, Menteri Luar Negeri Mike Pompeo, penjabat baru Menteri Pertahanan Christopher Miller dan ketua Kepala Staf Gabungan Jenderal Mark Milley.

Trump, yang menolak untuk menyerah dan menantang hasil pemilihan presiden 3 November, akan menyerahkan kekuasaan kepada Presiden terpilih dari Partai Demokrat Joe Biden pada 20 Januari.

Pejabat itu mengonfirmasi adanya pertemuan itu kepada The New York Times, yang melaporkan para penasihat membujuk Trump untuk tidak melanjutkan penyerangan karena risiko konflik yang lebih luas.

Baca Juga: Rela Kunjungan ke Amerika Serikat di Tengah Wabah, Luhut Dapat Tugas Besar dari Jokowi untuk Temui 7 Investor Raksasa Dunia Termasuk Bos Tesla, Sang Menteri Diperintahkan Promosikan UU Cipta Kerja yang Baru Disahkan

“Dia meminta pilihan. Mereka memberinya skenario dan dia akhirnya memutuskan untuk tidak maju,” kata pejabat itu.

Gedung Putih menolak berkomentar.

Mengutip Reuters, Trump telah menghabiskan empat tahun masa kepresidenannya dengan terlibat dalam kebijakan agresif terhadap Iran, menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran pada 2018 yang dinegosiasikan oleh pendahulunya dari Partai Demokrat, Barack Obama, dan menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap berbagai macam target Iran.

Permintaan Trump untuk opsi penyerangan datang sehari setelah laporan pengawas PBB menunjukkan Iran telah selesai memindahkan aliran pertama sentrifugal canggih dari pabrik di atas tanah di situs pengayaan uranium utamanya ke pabrik bawah tanah, dalam pelanggaran baru kesepakatan nuklir 2015 dengan kekuatan utama.

Alireza Miryousefi, juru bicara misi Iran untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York, mengatakan program nuklir Iran murni untuk tujuan damai dan penggunaan sipil dan kebijakan Trump tidak mengubah itu.

Baca Juga: Manuver Paling Berani Malaysia untuk Tantang China, Seakan Tak Peduli Jika Dimusuhi Sang Naga, Negeri Jiran Yakin Ini Keputusan yang Tepat

"Namun, Iran telah terbukti mampu menggunakan kekuatan militernya yang sah untuk mencegah atau menanggapi setiap petualangan melankolis dari penyerang mana pun," tambahnya seperti yang dikutip Reuters.

Stok 2,4 ton uranium pengayaan rendah Iran sekarang jauh di atas batas kesepakatan 202,8 kg.

Dan kini Iran menghasilkan 337,5 kg uranium di kuartal ini, lebih sedikit dari produksi dua kuartal sebelumnya yang mencapai 500 kg lebih yang tercatat oleh Badan Energi Atom Internasional.

Baca Juga: Ngebet Pengin Punya Tanaman Incaran Para Kolektor, Seorang Pria Asal Kediri Rela Tukar Mobil Avanza Demi 2 Pot Tanaman Hias, Ternyata Segini Harga Aslinya!

Pada Januari, Trump memerintahkan serangan drone AS yang menewaskan Jenderal Iran Qassem Soleimani di bandara Baghdad.

Namun dia telah menghindar dari konflik militer yang lebih luas dan berusaha menarik pasukan AS dari hotspot global untuk memenuhi janji untuk menghentikan apa yang dia sebut "perang tanpa akhir."

Serangan ke situs nuklir utama Iran di Natanz dapat memicu konflik regional dan menimbulkan tantangan kebijakan luar negeri yang serius bagi Biden.

Tim transisi Biden, yang tidak memiliki akses ke intelijen keamanan nasional karena penolakan pemerintahan Trump untuk memulai transisi, menolak berkomentar.(*)

Artikel ini telah tayang di Kontan.id dengan judul "Donald Trump berniat serang situs utama nuklir Iran, tapi batal"

Source :Kontan.co.id

Editor : Grid Hot

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Tag Popular

x