Laporan Wartawan GridHot.ID, Septia Gendis Pangestu
GridHot.ID - Bayangkan saja hanya karena menolak permintaan pacarmu, kamu tidak pernah bisa melihatnya lagi.
Bukan karena dia marah atau kesal, tetapi karena dia meninggal.
Melansir World of Buzz, seorang pria di Taiwan hidup dengan rasa bersalah setelah dia menolak permintaan pacarnya untuk mengantarnya ke pesta makan malam.
Seorang pria membagikan kisahsedih 'Aku membunuh pacarku' di DCard, platform komunikasi anonim terbesar di Taiwan.
Ia menulis sebuah kata-kata yang begitu haru.
“Kamu adalah gadis yang sangat mandiri, kamu bisa menjaga dirimu sendiri dan memperlakukanku dengan baik. Tapi, aku sampah.
Lima hari yang lalu, kamu memberi tahuku bahwa kamu akan makan malam dengan teman-temanmu besok dan bertanya apakah aku bisa mengantar-jemput kamu.
Kamu jarang meminta untuk dijemput dan diantar, karena kamu bisa naik sepeda atau naik bus sendiri jika kamu mau.
Dan aku menolak, karena aku ada janji dengan teman-temanku malam itu juga,” tulisnya.
Permintaan itu, sepertinya menjadi permintaan yang pertama dan terakhir baginya.
“Tiga hari yang lalu (sehari setelah pesta makan malam), aku mengirimi kamu pesan tetapi tidak ada balasan.
Aku pikir kamu marah kepadaku karena aku tidak mengantarmu.
Selama dua hari, kamu masih belum membalas pesanku, dan aku mulai cemas.
Aku membuka Facebook dan seseorang memposting di halamanmu, bahwa dia merindukanmu.
Pikiranku menjadi kacau. Ini pasti lelucon, kan?
Laki-laki itu kemudian berusaha untuk menelepon sang pacar beberapa kali, tetapi tidak dijawab, sampai akhirnya ada seseorang yang mengangkatnya.
Tapi suara di ujung telepon itu adalah ibumu. Dia mengatakan kepadaku bahwa kamu telah meninggal," tulisnya.
Pria tersebuttetap tidak dapat mempercayai kata-kata ibunya dan langsung pergi ke rumah sang pacar.
Ia masih percaya bahwa itu adalah lelucon.
"Aku langsung pergi ke rumahmu, ingin memberitahumu bahwa ini tidak lucu, tapi aku melihat fotomu.
Dan ayahmu memberi tahuku bahwa pada malam ketika kamu makan malam dengan teman-temanmu, kamu ditabrak oleh pengemudi yang mabuk saat dalam perjalanan pulang,” katanya.
Pria itupun hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri.
"Ini aku? Aku membunuhmu, bukan? Jika aku berjanji untuk menjemputmu, kamu tidak akan berada di jalan itu. Ini bisa saja dihindari, bukan?
Jika aku bertanya jam berapa pesta akan berakhir, aku bisa memanfaatkan waktu untuk menjemputmu. Tapi karena aku tidak mau, beginilah akhirnya,” tulisnya.
“Maafkan aku, aku menyakitimu. Aku berjanji padamu dan orang tuamu bahwa aku akan menjagamu dengan baik, tapi aku membunuhmu karena keegoisanku dan ketidakpedulianku,” pungkasnya.
Dia harus memahami bahwa kecelakaan itu bukan kesalahannya dan seharusnya tidak boleh ada pengemudi yang mabuk di jalan.
Semoga cerita ini bisa menjadi pengingat untuk selalu menghargai orang yang kita kasihi.
(*)