"Dibandingkan dengan drone yang kami lihat dalam konflik Nagorno-Karabakh, ancaman drone yang kami hadapi adalah lebih maju secara teknologi, lebih sulit untuk dideteksi dan dipertahankan."
Artikel itu kemudian menyarankan PLA untuk meningkatkan kesadarannya tentang ancaman dari drone dan memasukkannya ke dalam pelatihan dan strateginya.
Ia menyarankan untuk membangun jaringan deteksi multilayer dengan radar anti-drone, radar kompensasi buta, stasiun deteksi radio, dan pengukuran inframerah atau akustik lainnya "untuk memantau drone yang masuk secara mulus di beberapa lokasi dalam jangkauan yang luas".
Baca Juga: Mencak-mencak Dikabarkan Meninggal Dunia, Robby Purba: Kek Gini Dilaporin Nangis-nangis Nanti!
Selain deteksi, ia merekomendasikan taktik seperti gangguan elektronik, menggunakan senjata pertahanan anti-pesawat berbasis darat LD2000, dan menyebarkan benda-benda palsu, lapor SCMP.
Naga juga dikenal karena penggunaan drone di militer serta dalam pengawasan rakyatnya sendiri, terutama Uyghur.
Mereka sekarang mengembangkan drone baru dengan kemampuan lebih besar dalam hal siluman, kecepatan, ketinggian, daya tahan, dan otonomi.
China juga telah mengembangkan "drone bunuh diri" berbiaya rendah baru yang dapat diluncurkan dari kendaraan taktis ringan atau dari helikopter dalam kerumunan untuk menyerang target, media China melaporkan pada bulan Oktober.
Konflik Nagorno-Karabakh telah cukup menjelaskan gambaran tentang bagaimana militer yang lebih lemah dapat mengerahkan drone bersenjata secara efektif untuk melawan kekuatan, yang seharusnya lebih unggul. (*)
Artikel ini telah tayang di sosok.ID dengan judul "Konflik Nagorno-Karabakh Bikin China Merinding, Militer Lemah Mampu Pecundangi Kekuatan yang Lebih Besar: Perang Abad ke-21 Beda dengan Masa Lalu"
Komentar