"Pendeta setempat kemudian memberi tahu kami bagaimana tentara Indonesia dan polisi anti huru hara membantu milisi dalam serangan mereka terhadap penduduk kota - kami masih dapat melihat para pemimpin milisi dan tentara mengobrol dan merokok bersama. Korban tewas terakhir dari Liquica mungkin melebihi 50," tulis Head.
Ketika dia melaporkan keterlibatan tentara, dan cara milisi membunuh tanpa mendapat hukuman, dikatakan Jenderal Wiranto tidak melakukan apa pun.
"Dari semua bukti, ia menyebut peristiwa itu sebagai bentrokan antara geng pro dan anti Indonesia," bebernya.
Kemudian pada 17 April tahun itu, ratusan milisi diizinkan untuk berkumpul
di depan kantor Gubernur, melambaikan senjata mereka.
Ketika di tempat lain di Indonesia hal ini tidak akan ditoleransi, di Timor
Timur justru tentara Indonesia disebut menghibur sekutu paramiliter mereka.
Dipimpin oleh Eurico Gutteres, para milisi kemudian mengamuk di kota
yang menewaskan sedikitnya selusin orang.
"Kami merekam dia dan anak buahnya, menggunakan senjata otomatis dengan nomor urut tentara Indonesia yang masih terlihat jelas, menembaki sebuah rumah di mana lebih dari 100 orang bersembuny," tulis Head.
Anak laki-laki berusia 17 tahun dari juru kampanye pro-kemerdekaan Manuel Carrascalao adalah salah satu dari mereka yang terbunuh.
Komentar