Perbandingannya adalah dengan pemilu AS, sejumlah 66.7% merupakan jumlah penyumbang suara, tapi hanya 35 juta warga memilih secara langsung.
Dengan ini, pilkada sudah jelas menjadi gambaran pemilu presiden 2024 mendatang.
Sudah jelas terlihat politik dinasti akan menguat sampai pemilihan presiden besok, fakta ironis mengingat Indonesia merupakan negara demokrasi terbesar ketiga di Indonesia.
Ada tiga sosok penting yang merebak dari politik dinasti: Gibran, anak pertama Jokowi, Bobby Nasution, menantu Jokowi yang akan menjadi walikota baru di Medan, dan Aditya yang merupakan putra mantan Bupati Tuban dua periode.
Dengan ini, tinggal menjadi tugas elit politik menentukan kontestan pemilihan presiden 2024 mendatang, dan rekam jejak tidak menjamin nama seseorang akan diusung suatu partai.
"Dalam pemilihan presiden 2024 mendatang, kemungkinan besar akan ada kemiripan persaingan politik dan aspirasi politik yang sama dengan tahun-tahun sebelumnya," jelas Bland.
"Warga Indonesia ingin pemimpin yang efektif, responsif dan bebas dari korupsi, tapi sistem politik malah hadirkan dinasti dan kekuasaan masih bertitik di partai yang bisa berkuasa."
Menariknya lagi, pilkada ini tunjukkan kecenderungan partai-partai membentuk koalisi dengan kelompok musuh untuk mempromosikan ideologi baru untuk mendukung kandidat tertentu.
Nominasi Aditya sendiri didukung oleh Golkar, koalisi dari Jokowi, dengan dua partai oposisi: Partai Demokrat dan PKS.(*)
Artikel ini telah tayang di Intisari-Online.com dengan judul "Bukan Gibran, Sosok yang Kondang Lewat Media Sosial Setelah Pilkada Kemarin Ini Benarkah Akan Jadi Jokowi Selanjutnya?"