Ditambahkan juga jika optimisme apapun mengenai China dan Rusia menjadi pemimpin yang bertanggung jawab telah dihapus oleh AS, dan kini keduanya benar-benar dianggap musuh, terutama China.
"Kita perlu beroperasi lebih asertif untuk memenangkan kompetisi harian karena kita memegang janji perintah berdasarkan aturan dan mencegah penentang kita dari mengejar agresi militer," tulis laporan itu.
"Jika permusuhan kita menjadi konflik, kita harus mengontrol laut untuk menampik klaim mereka, mengalahkan pasukan mereka, dan lindungi tanah air serta membantu sekutu kita."
Dokumen tersebut terbit di tengah kekhawatiran mengenai potensi perang panas di wilayah yang bersangkutan.
Insiden terakhir antara angkatan laut China dan AS terjadi di akhir Agustus, saat Beijing mengatakan mereka membimbing kapal perang AS keluar dari kepulauan Paracel.
China mengklaim hampir semua pulau-pulau di Laut China Selatan, tindakan yang ditentang oleh Vietnam, Malaysia, Filipina dan Brunei Darussalam.
Untuk melawan China, AS mengirim kapal-kapal ke wilayah itu lebih sering dari sebelumnya.
Tujuannya untuk melaksanakan operasi "kebebasan navigasi".
Dokumen militer AS mengatakan China telah mengirimkan berlapis-lapis armada, termasuk angkatan laut PLA, pasukan coast guard dan milisi maritim.