Karena perlawanan pasukan Lapris selalu berhasil dipukul mundur oleh
pasukan Belanda, kekuatannya menjadi terpecah-pecah.
Pada serangan militer Belanda yang dilancarkan pada 8 Agustus 1946,
kubu pasukan Lapris yang berada di Gunung Ranaya berhasil dihancurkan
dan para pejuang Lapris pun memilih turun gunung
Mereka kemudian melanjutkan perlawanan melalui taktik peperangan
secara gerilya.
Salah satu personel yang terus bertempur secara gerilya adalah Maulwi
Saelan, yang kelak menjadi pengawal pribadi Presiden Soekarno.
Maulwi yang pada puncak kariernya berpangkat kolonel juga menjabat
sebagai Wakil Komandan Pasukan Pengawal Presiden, Cakrabirawa.
Setelah turun gunung dan kembali meneruskan perjuangan ke Makassar,
Maulwi dan rekan-rekan seperjuangan kemudian mencari nama baru bagi
pasukan gerilyanya yang juga merupakan pasukan khusus itu.
Karena pada masa penjajahan Jepang Maulwi dan rekannya suka
menonton film yang ada harimaunya, pasukan gerilya Maulwi kemudian
dinamai Pasukan Harimau Indonesia.
Laskar Harimau Indonesia ini memang terkenal militan karena terdiri dari
para pejuang kelompok pelajar SMP Nasional yang umumnya mahir
berbahasa Belanda.
Mereka pernah menyerang dan menduduki Hotel Empres pada 29 Oktober
1945 dari tangan NICA serta berhasil membebaskan rekan yang semula
ditahan oleh NICA.
Komandan Pasukan Harimau Indonesia adalah Muhammad Syah, Wakil
Komandan Robert Wolter Mongisidi, dan Maulwi Saelan sendiri menjabat
sebagai Kepala Staf.
Seperti tertulis dalam buku Maulwi Saelan: Penjaga Terakhir Seokarno,
dalam strategi tempurnya Pasukan Harimau Indonesia memiliki taktik dan
strategi tempur khusus.
Source | : | intisari |
Penulis | : | None |
Editor | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Komentar