Sementara berdasarkan analisa dari data yang beredar, 125 ribu data mahasiswa yang dikabarkan bocor tersebut merupakan data 2010-2017 atau delapan tahun.
Dwi pun tak bisa memastikan apakah data yang beredar dan dianggap bocor merupakan benar-benar data milik Undip.
Data mahasiswa Undip yang diduga bocor.
Namun, dari uji sampling data yang dilakukan, tidak ditemukan kecocokan data mahasiswa yang beredar dengan data milik Undip yang tersimpan di server IT.
"Harusnya kalau delapan tahun datanya, jumlahnya hanya sekitar 80 ribu saja, bukan 125 ribu mahasiswa. Makanya kami juga merasa aneh dengan kebenaran data tersebut. Jadi kami belum bisa memastikan itu data dari mana," ujarnya.
Selain berdasarkan ketidakcocokan data yang dilakukan uji sampling dalam investigasi, lanjutnya, Undip telah melakukan mitigasi sistem agar server tidak mudah diretas. Satu di antaranya, setiap mahasiswa, pengajar maupun alumni yang masuk sistem dengan akun pribadi, selalu diminta untuk mengubah password akunnya secara otomatis.
Dari hal itu, ia menyimpulkan, kabar bocornya data 125 ribu mahasiswa tidak benar. Bahkan sistem di Undip masih berjalan normal dan data mahasiswa yang tersimpan di server masih aman.
"Investigasi ini sampai kapan, kami juga belum tahu. Karena investigasi tak hanya memastikan data itu aman saja, tetapi juga mengumpulkan bukti-bukti termasuk jejak digital untuk langkah selanjutnya," jelasnya.
Langkah selanjutnya yang dimaksud yaitu langkah hukum. Dwi menyatakan, Undip akan mengambil langkah hukum terkait kejadian tersebut. Menurutnya, beredarnya kabar 125 ribu data mahasiswa telah bocor sudah mengganggu nama baik Undip.