"Mesinitu tiba-tiba menurun dari ketinggian saat mencapai 3.230 meter. Saat itu, pesawat mungkin telah rusak karena cuaca," kata Melnichenko.
Data pelacakan Flightradar24 menunjukkan bahwa Boeing 737-500 umur 26 tahun, jatuh dari ketinggian lebih dari 3.000 meter hanya dalam empat menit setelah lepas landas.
Hendrik, seorang nelayan yang berada di dekat lokasi jatuhnya pesawat mengatakan dia sedang memancing di tengah hujan lebat.
Lalu, dia mendengar ledakan sekitar 50 meter dan gelombang besar muncul.
"Saya sangat takut dan harus berusaha agar perahu tidak terbalik. Setelah laut tenang, saya melihat banyak puing," kata Hendrik.
Alvin Lie, analis penerbangan Australia, percaya bahwa usia pesawat menjadi alasan utama mengapa Boeing 737-500 jatuh.
"Jika pesawat dirawat dengan baik, umurnya tidak menjadi masalah keamanan. Namun Sriwijaya Air baru-baru ini mengalami tekanan finansial yang besar ketika Covid-19 berdampak negatif pada industri penerbangan Indonesia," kata Lie.
"Sriwijaya Air memiliki posisi keuangan yang sangat buruk sehingga mereka mungkin tidak terlalu banyak berinvestasi dalam pemeliharaan," katanya.
"Para pilot dan insinyur dipotong gaji mereka yang membuat mereka tidak melakukan pekerjaan dengan baik. Anggaran yang terbatas juga mempengaruhi pembelian suku cadang," imbuh Lie.
Data pelacakan penerbangan menunjukkan bahwa Boeing 737-500 jatuh secara vertikal setelah terbang ke kiri, kanan, lalu kiri.