Kopka Hamim mengatakan, kondisi rumahnya sebelum direnovasi gentingnya banyak yang bocor ketika hujan, bahkan dinding-dinding rumah yang dihuninya pun sering terkelupas akibat termakan usia.
Kondisi itu diperparah dengan palang pintu kayu yang sudah lapuk. Di rumah Kopka Hamim juga tak terdapat jaringan listrik.
Rumah Kopka Hamim terletak di lahan sempit yang merupakan halaman rumah kakaknya.
Kopka Hamim tidak mampu memperbaiki rumahnya lantaran gaji yang ia terima sangat terbatas.
"Sebagian gaji sudah dipotong untuk membayar cicilan utang bekas pengobatan saya. Di samping itu saya juga membiayai keponakan saya karena suami dari kakak saya juga merupakan orang kurang mampu, usahanya hanya tukang ojeg," ujar Kopka Hamim ketika disowani Tribun di kediaman baru pemberian Waka Polres Subang, Dusun Kaliwadas, Desa Pagon, Purwadadi, Subang.
Kopka Hamim sendiri hidup sebatang kara. Ia berpisah dengan istrinya pada tahun 2004 semenjak ia mulai penugasan ke Aceh dalam rangka pemulihan bencana tsunami. Anak perempuan satu-satunya ikut bersama ibunya di Bandung.
Kopka Hamim, yang memang berasal dari keluarga kurang mampu, juga tidak mudah menjadi seorang prajurit, pasalnya ia mendaftar TNI sampai tiga kali dari tahun 1991 hingga akhirnya lulus di tahun 1994.
Kini Kopka Hamim bertugas sebagai staf Koramil Purwadadi.
Kopka Hamim memang sosok yang penuh teladan. Dengan keadaannya yang demikian ia sama sekali tak pernah mengeluh.
"Kita memang dituntut untuk ikhlas menerima keadaan apa pun. Pekerjaan menjadi seorang prajurit tidak sebatas pekerjaan, tapi itu adalah ibadah. Kenapa kita harus mengeluh dengan gaji terbatas," kata Kopka Hamim.