Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Tiongkok-AS Sama-sama Besarkan Otot di Laut China Selatan, Indonesia Malah Disebut Bisa Tengahi Konflik Beijing-Washington, Kok Bisa?

Desy Kurniasari - Senin, 01 Februari 2021 | 20:13
Ilustrasi Kapal Induk Amerika Serikat (AS) di Laut China Selatan.
wsj.net

Ilustrasi Kapal Induk Amerika Serikat (AS) di Laut China Selatan.

Baca Juga: Laut China Selatan Makin Sesak, Militer Negara Eropa Mulai Ikut Campur Ancam China, Jerman dan Jepang pun Sudah Bersekutu

Hal itu diungkapkan Guru Besar Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran Profesor Ary Bainus.

Ary menambahkan, kedua negara sudah sama-sama menempatkan kekuatan militer di Laut China Selatan. Oleh karena itu, dia menekankan Indonesia pantas merasa sangat khawatir kalau ketegangan situasi di Laut China Selatan terus meningkat dan berpotensi menjadi perang terbuka.

"Indonesia mempunyai peluang dalam rangka memediasi permusuhan antara Amerika Serikat dengan China. Kita bisa mengambil peran di situ, terutama berkaitan dengan Laut China Selatan," kata Ary dalam diskusi bertajuk “Arah Kebijakan Presiden Amerika Joe Biden terhadap Indonesia dan Dunia,” Sabtu (30/1/2021).

Baca Juga: Suka Cari Gara-gara, AS Dipimpin USS Theodore Roosevelt dan Didampingi 3 Kapal Induk Nyelonong Tanpa Permisi ke Laut China Selatan, Sebut Tak Kondusif untuk Damai

Peluang tersebut, lanjut Ary, cukup besar, karena Indonesia bukan termasuk negara yang mengklaim wilayah di Laut China Selatan, seperti yang dilansir dari VOA Indonesia pada Minggu (31/1/2021). Namun, Ary mengingatkan dengan tetap menjalankan politik luar negeri bebas aktif.

Berkaitan dengan konflik di Laut China Selatan, menurut mantan diplomat Amerika, Stanley Harsha, Amerika Serikat tidak akan meminta Indonesia atau negara mana pun untuk memilih antara Amerika atau China. Stanley mengungkapkan kebijakan AS di bawah Biden dalam isu Laut China Selatan tidak akan berbeda dengan pemerintahan Presiden Donald Trump.

“Amerika akan sangat tegas, sangat tegas, mungkin tidak banyak berbeda dengan Trump," ujar Stanley.

Menurut Stanley, untuk mencegah meluasnya pengaruh China di Asia Tenggara, Amerika akan meningkat investasinya di kawasan tersebut. Menteri Luar Negeri Retno Marsudi berkali-kali mengingatkan kepada semua negara, termasuk Amerika Serikat dan China, untuk menahan diri buat menjaga perdamaian dan stabilitas di Laut China Selatan.

Baca Juga: Nggak Ada Bedanya dengan Donald Trump, Joe Biden Nyatanya Masih Bikin Tiongkok Emosi Tak Karuan, 3 Kapal Destroyer Kiriman AS Bikin Laut China Selatan di Ambang Peperangan

Konflik di Laut China Selatan dipicu oleh klaim atas pulau dan perairan oleh China, Brunei Darussalam, Taiwan, Malaysia, Filipina, dan Vietnam. Wilayah menjadi sengketa ini termasuk Kepulauan Spratly dan Kepulauan Paracel.

Keenam negara pengklaim itu berkepentingan untuk menguasai hak untuk stok perikanan, eksplorasi dan ekploitasi terhadap cadangan minyak dan gas, serta mengontrol jalur pelayaran di Laut China Selatan.

Source :Kompas.comKontan.co.id

Editor : Grid Hot

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Tag Popular

x