Gridhot.ID - Gunung Merapi memang sedang dalam masa siaga.
Dikutip Gridhot dari Kompas.com, sejak Januari Merapi terus mengeluarkan awan panas.
Kini di bulan Feruari Merapi kembali mengeluarkan fenomena baru.
Dilaporkan dari Kontan, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat, pertama kali dalam sejarah, Gunung Merapi memiliki dua kubah lava.
Kepala BPPTKG Hanik Humaida mengungkapkan, pada 4 Februari 2021 lalu, pihaknya melihat pertumbuhan kubah lava baru di tengah kawah sisi Tenggara Gunung Merapi.
"Baru kali ini dalam sejarah, Merapi punya dua kubah lava," katanya dalam Siaran Informasi BPPTKG tentang Aktivitas Merapi Terkini di Youtube BPPTKG Channel, Jumat (5/2).
Tapi, Hanik menegaskan, pertumbuhan kubah lava baru Merapi tersebut sangat lambat dibanding kubah lava yang ada di tebung Barat Daya gunung setinggi 2.930 meter di atas permukaan laut itu.
"Bahayanya belum siginifikan, kubah lava masih kecil," ungkap dia. "Kalau terjadi awan panas, jangkauannya belum menjangkau pemukiman paling dekat dari puncak yakni 6,5 kilometer".
Dan, Hanik menegaskan, informasi yang beredar yang menyebutkan ada kubah lava di bawah puncak Merapi adalah tidak benar. "Bukan kubah lava, tapi material yang terlontar dari awan panas," tegasnya.
Jarak luncuran awan panas terjauh
Sementara pertumbuhan kubah lava tebing Barat Daya, Hanik bilang, pasca erupsi besar pada 27 Januari lalu, kecepatannya relatif kecil untuk Gunung Merapi.
Pada 4 Februari, volume kubah lava di tebing Barat Daya terukur sebesar 117.400 m3. Terjadi pertumbuhan kubah lava dengan laju pertumbuhan 12.600 m3 per hari.
Sejak 4 Januari 2021, Gunung Merapi memasuki fase erupsi yang bersifat efusif. Erupsi yang dikenal juga sebagai tipe Merapi adalah erupsi dengan aktivitas berupa pertumbuhan kubah lava disertai guguran lava dan awan panas.
Sejauh ini, menurut Hanik, jarak luncuran awan panas terjauh mencapai 3,5 kilometer yang terjadi pada 27 Januari lalu. "Dominasi guguran awan panas ke arah Barat Daya," sebutnya.
Aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih cukup tinggi, berupa erupsi efusif. Tapi, status masih sama, dalam tingkat Siaga mulai 5 November 2020 lalu.
"Status Awas belum kami tetapkan. Penetapan status Awas kalau ancaman awan panas sudah ke penduduk," kata Hanik.
Potensi bahaya Merapi saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor Selatan-Barat Daya meliputi sungai Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih sejauh maksimal 5 kilometer.
Sementara lontaran material vulkanik bila terjadi erupsi eksplosif dalam radius 3 kilometer dari puncak Merapi.
(*)