"Entah kenapa, walau perasaan tak enak semakin menerpa, saya terus saja melaju ke depan. Padahal jalan tambah tak karuan dan gelap gulita," ujar Enjang.
Enjang mengaku tadinya ia berniat parkir dan balik arah.
Tapi menurut perasaannya di depan seperti ada perkampungan, sehingga ia terus melaju.
"Apalagi samar-samar terdengar suara azan, perasaan saya ada perkampungan dan nanti akan parkir di sana. Tapi setelah berjalan sekitar 5 km, medan malah tambah berat dan perkampungan pun ternyata tidak ada," kata Enjang.
Ia akhirnya memutuskan berhenti dan berupaya memarkir kendaraannya balik arah.
Dengan susah payah karena jalan sempit dan jelek, Enjang akhirnya berhasil memutar arah.
Namun baru berjalan sekitar dua menit, tiba-tiba ban mobil ada yang pecah karena melintas batu tajam.
Perjalanan pun akhirnya terhenti.
"Saat itu waktu menunjukkan pukul 21.00 dan kemudian turun hujan sehingga tak bisa mengganti ban," ujar Enjang.