Pasangan ganda putra Hendra Setiawan dan Mohammad Ahsan, misalnya.
Mereka diketahui merupakan pemain independen yang tidak dibiayai pelatnas.
Pembiayaan mereka ketika bertanding bergantung pada sponsor yang didapatkan secara mandiri.
Karena itu, dalam pernyataan yang diunggah di akun youtube pribadinya, Hendra Setiawan mengaku sangat dirugikan karena dirinya dipaksa mundur dari turnamen Yonex All England 2021.
“Misalkan tidak boleh bermain pun, paling ngga boleh pulang. Jadi (sekarang) ngapain disini? Terutama buat kita berdua (Hendra dan Ahsan) kan buang-buang waktu, buang-buang uang juga. Kita kan (berangkat ke All England) biaya sendiri. Belum lagi nanti sampai di Jakarta isolasi lagi,” ujar Hendra yang terlihat berbicara dari kamar isolasinya di Birmingham.
Dalam unggahannya di Youtube, Hendra juga mengungkapkan kejanggalan dari aturan karantina pemerintah Inggris. Pasalnya, dari 24 orang yang berada dalam tim Indonesia, hanya 20 orang yang mendapatkan e-mail dari National Health Service (NHS) mengenai perintah untuk melakukan karantina selama 10 hari.
Kejanggalan yang terjadi adalah, Ahsan yang merupakan pasangan Hendra malah tidak mendapatkan e-mail perintah untuk melaksanakan karantina.
“Padahal kita semua satu pesawat dan duduk bareng-barang juga. Itu jadi agak tidak jelas. Kita mau tes PCR ulang, tidak boleh juga karena sudah close contact dan harus isolasi selama 10 hari. Padahal kemarin ada yang positif, tapi bisa dites ulang dan itu pun tesnya ambil sendiri, ngetes sendiri dan tidak tahu benar atau tidak,” ujar Hendra.
Hendra dan Ahsan yang sebelumnya sempat bermain di babak 32 besar, memetik kemenangan atas pemain Inggris Ben Lane dan Sean Vendy. Namun menurut Hendra, setelah bertanding, mereka langsung diminta pulang ke hotel dengan berjalan kaki.
“Jadi ya kaget, yang jadi masalah kan harusnya BWF ngasih tahu kalau ada aturan begini. (Kalau tahu begini) mungkin 7 hari atau 10 hari sebelumnya harus sudah sampai disini. Nah itu kita tidak tahu,” kata Hendra. (*)