Namun, kata Purnama, ketika panen petani bisa memperoleh Rp 300 juta lebih.
"Bahkan sebelah rumah saya, ia beli bibit Rp 12 juta, ketika panen dijual laku Rp 55 juta," urainya.
Purnama pun mengakui, selama menjadi petani porang, dirinya telah merasakan hasilnya.
Setidaknya dirinya bisa membeli dua unit mobil dan lima motor, serta membangun rumahnya.
Dulu liar, sekarang...
Petani porang lainnya, Mujiono (56) warga Desa Durenan mengaku telah memulai menanam porang sejak 27 tahun lalu.
Waktu itu, katanya, porang hanyalah dianggal tanaman liar, tak ada nilainya.
Namun, dalam 10 tahun terakhir, keadaan berubah.
Porang menjadi incaran dan bisa memberi keuntungan bagi petani.
"Saya sudah menanam porang sejak 1994, waktu itu harganya masih Rp 2.000 per KG," kenang Mujiono, saat ditemui di rumahnya, Senin (12/4/2021) siang.