Wisnu lebih lanjut mengatakan, bahwa, dalam pandangannya, insiden di balik kejadian tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala-402 bisa juga kemungkinan adanya sabotase.
“Ada kemungkinan, mungkin, mungkin loh ya, ada sabotase atau yang lain dari negara-negara tertentu.Saya tidak memungkiri kemungkinan itu. Karena itu teknologi tahun 80 bisa saja dimanipulasi untuk ditanggulangi dengan teknologi 2020,” ucapnya.
“Jadi, ketidakbagusan teknologi pada saat itu, itu sangat mungkin menjadikan dia blackout, atau jadikan dia miss komunikasi atau kita disabotase, sehingga kita tidak bisa menanggulangi itu,” lanjutnya.
Maka untuk menemukan kapal selam KR Nanggala-402, Wisnu menyarankan, sebaiknya menggunakan kapal selam kecil dengan kekuatan besar.
Sayangnya, sambung Wisnu, saat ini Indonesia belum memilikinya.
Dan yang memiliki kapal selam kecil berkekuatan besar adalah Singapura dan Rusia.
“Harus ada kapal selam kecil dengan kekuatan selam yang luar biasa yang menyelidiki bagaimana kapal nanggala ini bergerak dan menyelediki, maksudnya mendeteksi apa fungsinya kapal selam Nanggala,” ujarnya.
Kapal selam KRI Nanggala-402 dilaporkan hilang kontak di Perairan Utara Bali sekitar pukul 03.00 WITA, pada hari Rabu (21/4/2021).
Kapal selam tersebut diduga tenggelam saat melakukan gladi resik pada latihan penembakan rudal.