Pemberian fasilitas pendidikan pondok pesantren secara gratis kepada para anak prajurit yang gugur bersama KRI Nanggala 402 itu adalah bentuk penghormatan, rasa terima kasih, dan rasa kebersamaan.
KH Marzuki menegaskan, para prajurit di dalam KRI Nanggala 402 gugur secara syahid.
“Kalau menurut hadist sahih Bukhari, syahid. Orang mati bela keluarganya syahid, orang mati membela asetnya, misal rumah dirampok, membela sampai dibunuh rampok, syahid. Berjuang untuk keluarga, kecelakaan di jalan, syahid, tidak dihisab. Mati karena gempa juga syahid, mati karena penyakit seperti pandemi ini, juga syahid. Ibu melahirkan lalu meninggal, syahid, meninggal karena tenggelam juga syahid,” paparnya.
Diterangkannya, syahid dalam konsep Islam ada dua. Selain seperti yang telah disebutkan di atas, syahid juga berlaku apabila suatu negara diserang, lalu bala tentaranya datang membela, maka mereka yang gugur masuk kategori syahid.
“Yang syahid begitu, syahid dunia akhirat. Tidak perlu dikafani dan dimandikan, langsung dikubur. Kalau peristiwa seperti KRI Nanggala 402, asal ditemukan, tetap dimandikan, dikafani lalu dimakamkan. Mereka tetap syahid karena bela negara dan tenggelam,” terang KH Marzuki.
Sehari sebelumnya, Panglima TNI, Marsekal Hadi Tjahjanto dalam keterangan pers memastikan bahwa KRI Nanggala 402 tenggelam dan seluruh kru yang berada di dalamnya gugur. Kepastian itu disampaikan setelah kapal pencari milik Pemerintah Singapura berhasil mendeteksi keberadaan KRI Nanggala 402 di dasar laut.
(*)