Sementara itu antropolog lainnyaJohn Pemberton (2003) mencatat ada dua jenis hewan yang juga jadi mitos pesugihan di Jawa yaitu bulus di pesugihan Bulus Jimbung Klaten, dan harimau jadi-jadian di Setra Kombor Wonogiri.
Soal pesugihan babi jadi-jadian atau babi ngepet ini, Cliford Geertz adalah salah seorang yang mencatat keberadaan mitosnya dari hasil penelitian pada dekade 1950.
Geertz tinggal di sebuah desa di Kediri, Jawa Timur pada 1952. Lalu, ia meneliti masyarakat Bali pada 1957 hingga 1958.
Hasil penelitian itu dituliskan dalam bukuHistory of Java atau Abangan, Santri, dan Priyayi.
Geertz mencatat, pesugihan babi hutan itu terkenal sebagai babi ngepet, ama menthek, dan kebleg.
Budaya Jawa dan Nusantara sendiri mengenal babi sebagai sumber protein hewani.
Melansir Historia, masyarakat Jawa di zaman Majapahit, orang Dayak Ngaju, hingga orang Makassar abad ke-16 biasa makan babi.
Celeng dan celengan
Suku Jawa sendiri mengenal istilah celengan yang terkait dengan babi hutan atau celeng dalam bahasa Jawa.
“Kita masih belum tahu apakah kata-kata tersebut (celengan, red) ada hubungan dengan kata celeng yang berarti babi hutan,” tulis arkeolog Supratikno Rahardjo dalam "Monumen: Karya Persembahan untuk Prof. Dr. R. Soekmono".