Sejak itu, Ruth tidak pernah melihat anggota keluarganya lagi.
Ketika perang berkecamuk di Eropa dan sekitarnya, Ruth dibesarkan di sekolah berasrama sejak usia 11 tahun.
Dia tetap berhubungan dengan keluarganya melalui surat, namun terhenti pada tahun 1941 ketika orangtuanya menjadi korban tragis Holocaust.
Dia tidak pernah tahu pasti apa yang terjadi pada orangtuanya, tetapi ketika dunia sadar akan kekejaman Nazi, jelaslah bahwa mereka tidak selamat dari Jerman Hitler.
Di asrama, Ruth mulai menunjukkan semangat kemandiriannya hingga membuat para pemimpin sekolah jengkel.
Sebagai seorang pembaca yang raji, sejak usia dini Ruth tidak takut dan tidak malu membuat percakapan yang tabu.
Ketika perang berakhir, Ruth mengetahui dirinya seorang gadis Yahudi berusia 17 tahun tanpa keluarga, di tengah-tengah Eropa yang dilanda perang.
Dia pun berimigrasi ke Palestina seperti yang dilakukan banyak orang yang selamat dari Holocaust dan keluarga mereka.
Sama tragisnya dengan masa kecilnya, ceritanya akan berubah menjadi menarik.
Tak lama setelah tiba di Palestina, Ruth terpikat oleh gagasan untuk mendirikan tanah air Yahudi dan bergabung dengan Haganah, yaitu organisasi militan bawah tanah yang berjuang untuk mendirikan Negara Yahudi.