Maka dia tidak akan orgasme apabila pasangan seksualnya tidak menggunakan sepatu hak tinggi ketika sedang berhubungan seks dengannya.
Sementera itu, menurut dr. Alvina, Sp.KJ, dokter spesialis kedokteran jiwa dari Primaya Hospital Bekasi Barat menerangkan bahwa fetish adalah objek yang tidak hidup.
"Fetish adalah objek yang tidak hidup," kata Alvina kepada Kompas.com.
Sementara fetishim adalah penggunaan objek yang tidak hidup sebagai metode untuk membuat seseorang terangsang secara seksual.
Alvina mengatakan, fetishism mungkin bisa terjadi saat anak menjadi korban atau anak melihat penyimpangan seksual.
Namun ada juga teori yang mengatakan bahwa perilaku fetishism bisa berkembang di masa pubertas.
Fetishism belum tentu gangguan jiwa sepanjang tidak menimbulkan distres dan tidak menimbulkan gangguan fungsi.
Lantas, apakah kondisi ini berbahaya untuk diri sendiri dan orang lain?
Ketika fetishism sudah menimbulkan distres dan gangguan fungsi, tentu bisa menimbulkan dampak buruk bagi dirinya dan orang lain.
Dampak buruk bagi orang lain dapat timbul bila perilaku fetishism melanggar hak orang lain dalam rangka mencari objek fetish.
"Misalnya seseorang jadi mencuri pakaian dalam dan menimbulkan rasa tidak aman bagi lingkungan," kata Alvani.
Source | : | Kompas.com,Tribun Solo |
Penulis | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Editor | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Komentar