"Kita pecahlah kerumunan mereka kita dorong agar tidak di situ, sebagian masuk ke kampung Tambak Wedi, sebagian lurus ke arah bawah Jembatan Suramadu itu," tutur dia.
Menurut Eko, biasanya yang melakukan penyekatan adalah para pekerja yang ingin berangkat kerja ke Surabaya, bukan anak-anak remaja seperti yang terjadi dalam video viral.
Ia juga mengungkapkan bahwa ketika ditekan mundur, massa langsung bubar, mundur pelan-pelan.
Dari kejanggalan tersebut, ia menduga kuat bahwa ada pihak lain yang ingin memanfaatkan kekeruhan yang terjadi saat ini.
Ia mengatakan, insiden serangan petasan itu terjadi setelah peristiwa perusakan pagar pembatas.
"Semacam ada yang menunggangi tapi kurang paham saya enggak tahu. Saya hanya menjalankan tugas pokok fungsi saya saja," katanya.
"Jadi bukan warga pengendara yang biasa, bisa saja bagi mereka yang memiliki niat kriminal dengan adanya penyekatan ini seakan-akan terhambat," kata dia.
Selain untuk menekan penyebaran Covid-19, Eko menjelaskan, keberadaan pos Suramadu juga untuk membatasi ruang ruang gerak kriminal.
(*)
Source | : | Kompas.com,Instagram |
Penulis | : | Nicolaus |
Editor | : | Nicolaus |
Komentar