Gridhot.ID - Indonesia kini sedang dalam mode siaga.
Dikutip Gridhot dari Tribunnews, Indonesia diketahui sedang mengalami hantaman gelombang covid-19 kedua.
Para tenaga kesehatan lagi-lagi harus berjuang mati-matian menghadapi ini semua.
Perjuangan tenaga kesehatan (nakes) dalam melayani masyarakat di tengah gempuran pandemi Covid-19 tak kunjung padam.
Dikutip Gridhot dari Kompas.com, Dae, salah satu nakes di rumah sakit swasta di Jakarta, menceritakan perjuangan teman sejawat di lingkungannya dalam melayani pasien, hingga ikut terpapar Covid-19.
"Situasi saat ini sangat memprihatinkan. Hampir separuh dari keseluruhan perawat sudah terkonfirmasi Covid-19, " ungkap Dae saat dihubungi Kamis (24/6/2021).
Meskipun berprofesi sebagai nakes, Dae mengaku pihaknya tidak menerima perlakuan khusus saat terkonfirmasi Covid-19.
Hampir seluruh nakes yang terpapar di lingkungan kerjanya, hanya melakukan isolasi mandiri di rumah masing-masing.
"Selain karena ruang perawatan yang sudah minim, kami juga kurang informasi soal ketersediaan lokasi rujukan isolasi mandiri, " kata dia.
"Ada teman-teman yang menghubungi Satgas Covid-19, namun diarahkan untuk meminta rujukan dari puskesmas setempat. Prosesnya sama seperti masyarakat umun. Setelah minta rujukan juga belum tentu nakes langsung dapat tempat isoman," Lanjut dia.
Nakes sedikit, pasien mengantre Meski rumah sakit tempatnya bekerja bukanlah RS rujukan Covid-19, Dae mengakui jumlah pasien Covid-19 yang datang sangatlah banyak.
"Terutama untuk perawatan Covid-19 memang sudah penuh. Bahkan yang saya tahu, ada yang mengantre melalui daftar tunggu untuk mendapatkan perawatan," jelas dia.
Namun, rumah sakit tempatnya bekerja tidak bisa menambah kasur tambahan untuk perawatan pasien Covid-19 lantaran jumlah tenaga kesehatan yang sudah tidak lagi banyak.
"Di sini dipersiapkan sesuai kapasitas. Mengingat tenaga perawatnya tidak cukup banyak," lanjut dia.
Berkurangnya nakes juga berdampak pada pelayanan kesehatan bagi pasien berpenyakit berat
"Memang sekarang pelayanan dibatasi, jam operasionalnya diatur. Misalnya, tidak bisa berjalan operasi berbarengan. Awalnya kita bisa buka 3 kamar operasi, sekarang mau buka 2 kamar saja sulit karena tenaga bedahnya kurang, " jelas Dae.
Jumlah pasien semakin banyak dan jumlah nakes semakin sedikit, keadaan ini semakin dipersulit dengan kondisi alat kesehatan yang pas-pasan.
"Untuk ketersediaan peralatan pas-pasan. Termasuk ventilator pun sekarang sudah terpakai semuanya," tutup dia.
(*)