Di sisi lain, dalam versi lisan dan tertulis, Xi Jinping memasangkan retorika garang itu dengan janji untuk menguasai Taiwan.
"Kita harus mengambil tindakan tegas untuk sepenuhnya mengalahkan segala upaya menuju 'kemerdekaan Taiwan' dan bekerja sama untuk menciptakan masa depan yang cerah bagi peremajaan nasional. Tidak ada yang boleh meremehkan tekad, kemauan, dan kemampuan rakyat Tiongkok untuk mempertahankan kedaulatan nasional dan integritas teritorial mereka,” tegas Xi.
Masih mengutip Washington Examiner, para pejabat China telah mengklaim kedaulatan atas Taiwan selama beberapa dekade tetapi tidak pernah menguasai pulau itu.
Taiwan sendiri mendapat dukungan dari AS. Kekuatan militer China yang tumbuh telah memicu ketakutan di antara sekutu AS bahwa Beijing mungkin mencoba untuk mengambil alih Taiwan dengan paksa.
“Mungkin 15 tahun yang lalu, jika sesuatu terjadi antara Amerika Serikat dengan China, saya pikir pasukan AS dapat dengan mudah menutupi kekuatan mereka,” kata Wakil Menteri Pertahanan Jepang Yasuhide Nakayama kepada Institut Hudson minggu ini.
“Tetapi saat ini, PLA China memiliki kapal induk besar, dan mereka membuat kapal perang baru mereka sendiri. Mereka, tentu saja, memiliki kemampuan nuklir dan memiliki kepemimpinan yang sangat kuat di bawah Xi Jinping ... kita harus bangun, dan kita harus mempersiapkan aktivitas kuat di sekitar Taiwan,” tambahnya.
Dikutip dari Wikipedia, Xi Jinping terpilih menjadi Sekretaris Jenderal Partai Komunis Tiongkok pada tanggal 15 November 2012 dalam sebuah pemungutan suara yang digelar oleh 18 Kongres Nasional Partai Komunis Tiongkok di Beijing.
Xi Jinping terpilih menjadi Presiden Republik Rakyat Tiongkok pada tanggal 14 Maret 2013 dalam sebuah pemungutan suara yang digelar oleh Kongres Rakyat Nasional.
Ia memperoleh 2.952 suara, dengan satu suara tidak setuju dan tiga suara abstain.
Xi Jinping menggantikan Hu Jintao yang pensiun setelah menjabat selama dua periode.(*)