Seorang apoteker dari Mesir tinggal di Riyadh mengatakan bahwa biaya pernikahan misyar lebih murah.
"Misyar lebih murah, tidak ada mahar, tidak ada kewajiban," sebut apoteker berusia 40-an.
Ia mulai mencari perempuan untuk menikah secara misyar setelah anak dan istrinya kembali ke Kairo pada awal tahun 2020 karena adanya pandemi.
"Jauh dari istri saya menjadi sulit," katanya.
Ia mengeluarkan biaya 5000 Riyal untuk pernikahan misyar dan uang tersebut diserahkan kepada 'Khatba' mak comblang di Instagram.
Pernikahan semacam itu seringkali berumur pendek, dengan sebagian besar berakhir dengan perceraian antara 14 dan 60 hari, surat kabar kerajaan Al-Watan melaporkan pada 2018, mengutip sumber Kementerian Kehakiman.
Dikutip Sermabinews.com, ulama Saudi mengatakan praktik itu telah berkembang sejak tahun 1996, ketika mufti agung saat itu, otoritas agama tertinggi kerajaan, melegitimasinya dengan dekrit Islam.
Tetapi banyak yang mempertanyakan keabsahan praktik sembunyi-sembunyi yang bertentangan dengan prinsip utama pernikahan Islam, yang membutuhkan pernyataan publik.
Perempuan didorong secara sosial untuk menutup mata terhadap petualangan misyar suami mereka.
Fahad Almuais, seorang mak comblang yang mengatakan kliennya kebanyakan "poligami", berbicara tentang seorang pegawai pemerintah Saudi yang menyembunyikan hubungan misyarnya dari istri pertamanya.