Developing Countries Vaccine Manufacturers Network (DCVMN) yang mendukung lebih banyak produksi untuk negara-negara miskin, juga sepakat dengan Prof Gilbert.
"Bukan kekayaan intelektual tunggal yang bisa membuat produk (vaksin) ini," ujar Presiden DCVMN, Sai Prasad, yang juga petinggi di produsen vaksin India, Bharat Biotech.
Sejalan dengan pemikiran Sarah Gilbert, AstraZeneca pun meneken persetujuan dengan Oxford untuk tidak mengambil profit dari vaksin corona buatan mereka.
"Tudingan bahwa kami menjual ke negara lain untuk menghasilkan lebih banyak uang tidak benar, karena kami tidak mengambil profit di mana-mana," ungkap CEO AstraZeneca, Pascal Soriot, dikutip dari Health Policy 28 Januari 2021.
"Itu kesepakatan yang kami miliki dengan Universitas Oxford."
AstraZeneca menyatakan, mereka baru akan menentukan harga setelah pandemi Covid-19 usai, menurut keterangan juru bicaranya kepada Kaiser Health News, 25 Agustus 2020.
"(Kami) berkomitmen memastikan akses yang adil, secara global," ujarnya.
Source | : | Kompas.com,Wartakotalive.com |
Penulis | : | Desy Kurniasari |
Editor | : | Desy Kurniasari |
Komentar