Mahasiswa di Universitas Oxford bergabung dengan tim untuk membantu uji klinis antibody response dari para relawan yang sudah divaksinasi.
Mahasiswa S3 ini awalnya ingin menyusun tesis tentang vaksin Malaria. Namun keterlibatannya dalam tim pembuatan Vaksin AstraZeneca merupakan kasus nyata dari penelitan vaksin untuk menyelamatkan banyak orang.
Indra Rudianysah memang sedang menjalani pendidikan S3 Clinical Medicine di Universitas Oxford dengan penelitian thesis terkait vaksin malaria.
"Biasanya untuk vaksin baru paling tidak memerlukan waktu lima tahun hingga tahapan ini," terang alumnus S2 Bioteknologi ITB dengan Fast Track Program tersebut.
Dalam prosesnya, studi dilakukan terhadap 560 orang dewasa yang sehat, termasuk 240 orang berusia di atas 70 tahun.
Hasilnya, vaksin virus corona AstraZeneca lebih dapat ditoleransi pada orang yang lebih tua daripada orang dewasa muda.
Dikutip Gridhot.ID dari GridPop, lebih dari 600 juta dosis vaksin AstraZeneca kini telah dipasok ke 170 negara di seluruh dunia, termasuk 100 negara lebih yang tergabung dalam COVAX.
Meski harganya termurah, efikasi atau kemanjuran vaksin AstraZeneca cukup tinggi, termasuk mencegah infeksi Covid-19 varian Delta hingga 92 persen.
(*)