Pamer harta yang akan dilakukan orang-orang ini, seperti pamer tas mahal, sepatu, jam tangan, dan lain sebagainya. Pada era ini, lanjut Nina, kepemilikan seseorang akan produk yang sifatnya limited edition atau terbatas sering diberitakan oleh media mainstream.
Tentu saja pemiliknya adalah figur publik yang sudah dikenal kaya, misalnya pengusaha. Konsumen dari pamer kekayaan lebih luas karena diliput oleh media.
Nah di era digital ini, ruang untuk pamer harta atau kekayaan pun seakan difasilitasi oleh media sosial, sehingga ruang pamer ini pun bergeser ke arah digital.
"Media menjadi outlet individu untuk memamerkan kekayaan, apalagi ternyata pamer kekayaan merupakan sebuah konten yang disukai oleh viewer," kata Nina.
Bahkan, kini pamer harta maknanya bukan hanya sekadar harga diri, melainkan sudah bergeser ke arah ekonomi, yaitu untuk mengejar viewer dan subscriber sebanyak-banyaknya.
"Kini artis banyak yang berprofesi sebagai YouTuber," kata Nina.
Sebagaipeneliti masyarakat digital, Nina mengatakan, masih hangat di ingatan mengenai fenomena artis pamer saldo ATM atau tabungan.
Ada yang yang saldonya fantastis, tetapi ketika wartawan melakukan reportase tentang kehidupan mereka, seperti tempat tinggal dan lain sebagainya, ternyata nggak sesuai dengan info tentang saldo yang dimiliki.(*)